“Tidak mungkin membuat strategi komunikasi tanpa terlebih dahulu memetakan isu yang dikomunikasikan. Perencanaan komunikasi berfungsi untuk memotret situasi, menentukan arah strategi dan aksi, serta melakukan prediksi terhadap risiko dan peluang,” jelas Hifni.
Dalam paparannya, Hifni juga memperkenalkan model PESO (Paid, Earned, Shared, Owned) dan kerangka AISAS (Attention, Interest, Search, Action, Share) sebagai pendekatan modern untuk mengintegrasikan komunikasi lintas kanal di era digital.
Melalui pendekatan ini, komunikasi pemerintah diharapkan menjadi lebih strategis, terukur, dan lebih relevan menjangkau publik.
Pada sesi lanjutan, Ignatius Untung memaparkan Panduan Penyusunan Strategi Komunikasi Publik, mencakup langkah-langkah riset komunikasi seperti analisis situasi, pemetaan pemangku kepentingan, dan perumusan masalah komunikasi.
Ia juga menjelaskan penerapan prinsip SMARTER (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound, Evaluated, Reviewed) dalam menetapkan tujuan komunikasi yang terukur.
Melalui simulasi dan latihan kelompok, para peserta menyusun rancangan strategi komunikasi publik yang bisa diterapkan di instansi masing-masing.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjadi langkah nyata Komdigi untuk memperkuat ekosistem komunikasi publik yang profesional, adaptif, dan berdampak bagi masyarakat.
Serta tercipta sinergi antarinstansi pusat dan daerah untuk mendukung terwujudnya pemerintahan yang transparan, partisipatif, dan terpercaya. (*)