PALPOS.ID - Popularitas kuliner tradisional kembali meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dan salah satu yang kini menjadi sorotan adalah lumpia basah.
Jajanan khas Jawa Barat yang mengutamakan cita rasa gurih dan segar ini semakin mudah ditemukan, mulai dari pusat kota hingga kawasan permukiman.
Para pedagang mengaku permintaan melonjak signifikan, terutama sejak media sosial ramai membagikan rekomendasi makanan kaki lima dengan harga terjangkau.
Di sepanjang Jalan Cihapit, Bandung, misalnya, antrean terlihat mengular di sebuah gerobak sederhana bertuliskan “Lumpia Basah Mang Yadi”.
BACA JUGA:Lezat dan Gurih, Resep Mie Celor Palembang Asli yang Bikin Ketagihan
BACA JUGA:Soto Banjar, Warisan Kuliner Kalimantan Selatan yang Menyatu dalam Setiap Sendok Kehangatan
Meski hanya terdiri dari kulit lumpia tipis, tumisan bengkuang, taoge, ebi, bawang putih, dan bumbu kacang, jajanan ini terbukti mampu memikat banyak penikmat kuliner.
Mang Yadi, yang sudah berjualan sejak 1998, mengatakan bahwa penjualannya meningkat hingga 40 persen dalam setahun terakhir.
“Dulu sehari paling 70 porsi. Sekarang bisa sampai 120–150 porsi, terutama akhir pekan. Banyak anak muda yang penasaran,” ujarnya.
Keistimewaan lumpia basah terletak pada penyajiannya yang cepat dan segar. Berbeda dengan lumpia goreng asal Semarang, lumpia basah tidak melalui proses penggorengan.
BACA JUGA:Kerak Telur, Kuliner Legendaris Betawi yang Tak Lekang oleh Waktu
BACA JUGA:Tekwan, Sup Ikan Khas Palembang yang Menjadi Warisan Rasa Nusantara
Semua bahan dimasak langsung di atas wajan, dicampur bumbu, lalu disajikan dalam keadaan hangat dengan tekstur lembut.
Konsep “freshly made” ini dianggap menjadi salah satu faktor yang membuat lumpia basah kembali populer, terutama di kalangan pencinta makanan sehat.
Menurut pakar kuliner lokal, Diah Lestari, lumpia basah memiliki cita rasa khas yang tak dimiliki jajanan lainnya.