Hal ini tampak dari kenaikan jumlah UMKM baru yang membuka usaha kuliner ayam penyet dalam dua tahun terakhir.
Selain itu, harga bahan baku yang relatif stabil membuat pelaku usaha tidak terlalu terbebani. Bahkan sebagian UMKM mampu menawarkan harga terjangkau mulai dari Rp15.000 hingga Rp25.000 per porsi, menjadikannya pilihan populer bagi mahasiswa dan pekerja.
Popularitas ayam penyet juga mulai merambah pasar internasional. Beberapa restoran Indonesia di Asia Tenggara melaporkan bahwa menu ini sering menjadi favorit warga lokal maupun wisatawan.
Hal ini membuka peluang bagi UMKM Indonesia untuk melakukan ekspansi melalui kerja sama waralaba dan pemasaran produk bumbu instan.
Indonesia sebenarnya sudah memiliki beberapa brand ayam penyet yang membuka cabang di luar negeri. Melalui promosi kuliner nasional, hidangan ini berpotensi menjadi ikon makanan Indonesia yang mendunia, seperti halnya rendang atau nasi goreng.
Meskipun pertumbuhan bisnis ayam penyet terbilang positif, pelaku usaha tetap menghadapi sejumlah tantangan.
Salah satunya adalah persaingan ketat antarpenjual yang membuat mereka harus terus kreatif agar tidak kehilangan pelanggan.
Selain itu, kenaikan biaya operasional seperti harga minyak goreng dan gas juga cukup mempengaruhi margin keuntungan.
Beberapa penjual kini mulai mencari solusi dengan menggunakan minyak goreng curah berkualitas, mengatur ulang porsi, atau bekerja sama dengan pemasok langsung untuk mendapatkan harga lebih stabil.
Dengan rasa khas, harga terjangkau, dan fleksibilitas inovasi menu, ayam penyet diprediksi masih akan terus menjadi primadona di industri kuliner Indonesia.
Mulai dari pedagang kaki lima hingga restoran besar, semua memanfaatkan peluang bisnis dari hidangan yang sederhana namun menggugah selera ini.
Jika tren peningkatan permintaan terus berlanjut, bukan tidak mungkin ayam penyet akan menjadi salah satu ikon kuliner Indonesia yang dikenal dunia.