IDAI Imbau Nakes Stop Pemberian Resep Obat Sirup

IDAI Imbau Nakes Stop Pemberian Resep Obat Sirup

Ilustrasi obat sirup---shutterstock.com

PALEMBANG, PALPOS.ID – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengimbau tenaga kesehatan (nakes) untuk menghentikan sementara peresepan obat sirup, yang diduga terkontaminasi etilen glikol atau dietilen glikol. Kebijakan ini guna menekan lonjakan kasus gagal ginjal akut misterius, yang menurut data hingga 19 Oktober 2022 telah menyerang 205 anak di 14 Provinsi.

“Bila memerlukan obat sirup khusus, misalnya obat anti epilepsi, atau lainnya, yang tidak dapat diganti sediaan lain, konsultasikan dengan dokter spesialis anak atau konsultan anak,” kata Ketua Umum IDAI dr Piprim Basarah Yanuarso Sp A (K) dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (19/10).

 

Piprim menambahkan, jika diperlukan, tenaga kesehatan dapat meresepkan obat pengganti yang tidak terdapat dalam daftar dugaan obat terkontaminasi atau dengan jenis sediaan lain, seperti suppositoria (obat yang dimasukkan ke dalam anus) atau dapat mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.

 

“Peresepan obat puyer monoterapi hanya boleh dilakukan oleh dokter dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan, dan tata cara pemberian,” imbuhnya.

 

Tenaga kesehatan diimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GgGAPA), baik di rawat inap maupun di rawat jalan. Piprim juga mengimbau rumah sakit untuk meningkatkan kewaspadaan deteksi dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus tersebut.

 

“Kepada masyarakat kami imbau untuk sementara waktu tidak membeli obat bebas tanpa rekomendasi tenaga kesehatan, sampai didapatkan hasil investigasi menyeluruh oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan,” kata Piprim.

 

Masyarakat diminta tetap tenang dan waspada terhadap gejala seperti berkurangnya atau tidak adanya buang air kecil (BAK) secara mendadak. “Sebaiknya mengurangi aktivitas anak-anak, khususnya balita, yang memaparkan risiko infeksi seperti kerumunan, ruang tertutup, tidak menggunakan masker dan lain sebagainya,” kata Piprim.(chy)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: rilis pers