Memimpin Diri Sendiri sebuah Pelajaran dari Seorang Harnojoyo

Memimpin Diri Sendiri sebuah Pelajaran dari Seorang Harnojoyo

Andi Wijaya Adani, Direktur Utama Perumda Tirta Musi Palembang--

Oleh : Andi Wijaya Adani*  

SEWAKTU sholat subuh Bersama Bapak Harnojoyo, aku sering mendapat kesempatan ngobrol dengan beliau lebih intens. Seperti pada Sholat Subuh minggu lalu tanggal 23 Juli 2023 di hari Minggu.

Beliau memulai percakapan dengan betapa tepatnya sholat subuh untuk kita bersama-sama. Hal ini karena di waktu lain, kemungkinan kita disibukkan dengan pekerjaan atau kita ada janji dengan keluarga atau urusan lain-lain.

Tetapi di waktu subuh pastilah kita ada waktu luang. Tinggallah kemauan kita untuk bangun lebih pagi untuk siap-siap sholat subuh berjemaah. Tapi itulah yang sulit. Mengendalikan diri sendiri.

Kemudian beliau menambahkan, orang yang berhasil adalah orang yang bisa mengendalikan diri sendiri atau orang yang mampu memimpin dirinya sendiri.

Aku hanya mengangguk mengiyakan dan menyimpulkan “wajar saja beliau berhasil”. Karena beliau berprinsip bahwa seorang pemimpin pertama kali harus mampu memimpin diri sendiri. 

Beliau menapaki karir sebagai bankir, tetapi kemudian beliau mengundurkan diri untuk berusaha sendiri. Usaha yang digeluti beliau adalah sebagai pedagang ayam potong.

Beliau pernah bercerita bagaimana perjuangan sebagai pedagang ayam potong. Beliau harus keluar tengah malam mengambil ayam di kandang-kandang yang ada di sekitar kota Palembang.

Tidak jarang harus mencari-cari dulu karena kadang, kandang tersebut belum pernah dikunjungi sebelumnya. Disinilah kemampuan memimpin diri sendiri diuji.

Harus keluar di tengah malam, dikala orang lain tertidur nyenyak. Berdisiplin diri untuk tidak putus asa mencari kandang walau informasi letak sangat minim.

Beliau juga sangat komitment menjaga janji kepada pemilik ayam. Beliau pernah punya pemasok dari Lampung, beliau pernah membeli ayam ke pemasok tersebut dengan harga merugi.

Ini dilakukan karena beliau sudah berjanji dengan harga dan jumlah ayam yang sudah disepakati bersama. Apa daya harga ayam di Palembang sedang turun, terpaksa beliau mengambil juga ayam tersebut walau harus menanggung rugi.

Tetapi pernah juga suatu saat, ayam di Palembang terkena wabah. Tetapi beliau masih bisa memasok ayam karena beliau mempunyai pemasok dari Lampung yang hubungannya tetap terjaga baik, oleh karena beliau komitment dengan janji-janjinya.

Hubungan yang baik seperti ini berlaku juga untuk pembeli. Jalinan hubungan dan saling percaya ini sangat membantu sewaktu beliau terjun ke dunia politik dengan mencalonkan diri sebagai calon legislative di DPRD Kota Palembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: