Musim Kemarau, Petani Karet di OKU Menjerit

Musim Kemarau, Petani Karet di OKU Menjerit

Salah seorang petani karet di OKU saat sedang menyadap getah karet di kebunnya. Eko/Palpos.id--

BATURAJA, PALPOS.ID - Selama musim kemarau, para petani karet di Kabupaten OKU menjerit, karena getah karet yang disadap sangat sedikit dibandingkan hari biasanya.

Kondisi ini diperparah dengan anjloknya harga getah karet di pasaran, sehingga para petani semakin tidak bersemangat menyadap karet.

Kondisi ini dirasakan betul oleh Syarif (70), salah satu pemilik kebun karet di Talang Kemang, Kemelak Kecamatan Baturaja Timur.

Syarif menyampaikan bahwa pada musim kemarau ini memang susah bagi petani yang menyadap karet.

Cuaca panas di musim kemarau ini, membuat daun-daun mengering dan berguguran. Kemudian kadar air yang dibutuhkan pohon berkurang, sehingga bukan hanya produksi karet yang menurun, tetapi kualitasnya juga ikut turun.

“Kemarau ini susah, produksi getah karet sangat minim. Ditambah lagi kualitas getah yang encer sehingga sulit dipanen. Bahkan hari ini nyaris tak ada getah yang keluar,” sesalnya, Minggu (8/10).

Sehingga untuk mendapatkan hasil yang lebih besar, sambung dia, petani karet terpaksa menambah waktu panen.

Diungkapkan Syarif, kalau kondisi normal dirinya bisa menghasilkan sekitar 300 kilogram getah karet setiap dua pekan sekali. Namun saat ini, produksinya mengalami penurunan menjadi 200 kg setiap dua pekannya.

Untuk harga menurutnya, juga sangat tidak menguntungkan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Walaupun menurutnya tergolong normal, namun tak sebanding dengan meningkatnya harga kebutuhan pokok. "Saat ini harga jual Rp9.000 per kg. Kalau normal biasanya Rp10 ribu per kg,” sebut dia.

Kondisi yang sama juga dialami oleh Imam Nurcholis (50), petani karet di wilayah yang sama. Imam juga mengakui produksi getah karet hasil sadapannya mengalami penurunan. Biasanya dalam dua minggu dia bisa menghasilkan 3 kotak getah, namun kini hanya 2 kotak saja, yang isinya berkisar 75 kg – 88 kg.

Walaupun begitu, Imam terus melakukan kegiatan sehari-seharinya dengan semangat untuk menghidupi keluarganya, seraya berharap kondisi ini dapat kembali normal. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: