Banteng Parlemen Jalanan: Andreas Okdi Priantoro, Sang Pejuang Wong Cilik di Kursi DPRD Palembang
Banteng Parlemen Jalanan: Andreas Okdi Priantoro, Sang Pejuang Wong Cilik di Kursi DPRD Palembang.-Palpos.id-Dokumen Palpos.id
PALEMBANG, PALPOS.ID - Banteng Parlemen Jalanan: Andreas Okdi Priantoro, Sang Pejuang Wong Cilik di Kursi DPRD Palembang.
Andreas Okdi Priantoro SE Ak SH, lebih dikenal dengan sebutan Andreas OP, adalah figur yang menonjol di Palembang, terutama di kalangan wong cilik.
Pria yang akrab dengan dunia aktivisme ini telah resmi menduduki kursi DPRD Kota Palembang untuk periode 2024-2029, mewakili Fraksi PDI Perjuangan.
Tak hanya sebagai legislator, Andreas dikenal sebagai ‘Banteng Parlemen Jalanan’, sebuah julukan yang menunjukkan peran pentingnya sebagai pejuang yang tumbuh bersama rakyat kecil dan selalu berada di garis depan dalam memperjuangkan kepentingan mereka.
BACA JUGA:DPRD Palembang Gelar Rapat Paripurna Istimewa Dengarkan Pidato Kenegaraan HUT RI ke - 79
BACA JUGA:Fraksi-fraksi DPRD Palembang Sampaikan Padum Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran 2023
Lahir dari keluarga marjinal di Lampung Selatan, Andreas, yang kini berusia 46 tahun, tak pernah melupakan asal usulnya.
Pengalamannya hidup di tengah-tengah masyarakat yang termarjinalkan membentuk pandangannya tentang keadilan sosial dan tanggung jawab terhadap mereka yang kurang beruntung.
Baginya, suara wong cilik bukan sekadar slogan politik, melainkan urat nadi perjuangannya yang terus menggelora hingga hari ini.
“Saya lahir dari perjuangan wong cilik, dan saya akan terus berada di barisan terdepan untuk mereka. Tugas saya jelas, memastikan suara mereka sampai ke parlemen, bukan sekadar janji, tapi aksi nyata,” tegas Andreas dalam berbagai kesempatan.
BACA JUGA:Rekapitulasi Suara Rampung, Ini Nama Caleg Berpeluang Menduduki Kursi DPRD Palembang
BACA JUGA: Raih 9 Kursi, NasDem Berjaya di DPRD Palembang Berikut Daftar Perolehan Kursi Ditiap Dapil
Akar Perjuangan: Dari Jalanan ke Parlemen
Perjalanan panjang Andreas dalam dunia aktivisme dimulai sejak ia menjadi mahasiswa di Universitas Sriwijaya pada tahun 1998. Era reformasi yang penuh gejolak menjadi landasan awal perjuangannya.
Di masa itu, Andreas aktif turun ke jalan bersama rekan-rekan mahasiswa, berjuang untuk reformasi, hak-hak rakyat kecil, dan demokrasi yang lebih inklusif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: