Pengurus KKP 2024–2029 Dikukuhkan, Gubernur Dorong Pelestarian Budaya.
Pengurus KKP 2024–2029 Dikukuhkan, Gubernur Dorong Pelestarian Budaya.-Fhoto: humas pemprov sumsel-
PALPOS.ID - Gubernur Sumatera Selatan Dr. H. Herman Deru secara resmi mengukuhkan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Palembang (KKP) Periode 2024–2029 dalam sebuah seremoni yang berlangsung khidmat di Griya Agung Palembang, Sabtu (13/12/2025) sore.
Dalam kesempatan tersebut, Herman Deru menegaskan peran strategis KKP sebagai garda terdepan dalam menjaga dan menghidupkan kembali identitas Palembang di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi.
Dalam sambutannya, Herman Deru menyampaikan bahwa KKP bukan sekadar organisasi kekerabatan, melainkan memiliki tugas pokok dan fungsi penting dalam membangkitkan sektor ekonomi, budaya, adat istiadat, serta jati diri masyarakat Palembang.
Menurutnya, identitas daerah tidak akan lestari jika tidak dijaga secara kolektif oleh masyarakatnya sendiri.
BACA JUGA:Astra Motor Sumsel Gelar FEVOSH 2025 Regional Sumsel, Siapkan Talenta Vokasi Berkualitas
BACA JUGA:Pemprov Sumsel Genjot Optimalisasi APBD dan Perputaran Ekonomi Daerah Menjelang 2026
“KKP punya tupoksi membangkitkan ekonomi, budaya, adat, dan identitas Palembang. Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi?” tegas Herman Deru di hadapan para pengurus dan tamu undangan.
Gubernur Sumsel itu juga menyoroti mulai lunturnya ciri khas Palembang, khususnya di kalangan generasi muda.
Ia menilai, penggunaan nama, gelar, dan titel adat Palembang kini semakin jarang ditemui, padahal hal tersebut merupakan bagian dari identitas yang melekat dan membedakan Palembang dengan daerah lain.
“Identitas itu melekat. Orang Medan, misalnya, kita tetap tahu ciri khasnya. Palembang juga punya kekhasan yang harus dihidupkan kembali,” ujarnya.
BACA JUGA:Kunker ke Desa Benawa, Herman Deru Pastikan OKI Terima Anggaran Terbesar Sumsel 2025
BACA JUGA:Kunker ke OKI, Herman Deru Dorong Percepatan Jalan Strategis Jejawi–Pangkalan Panjang
Herman Deru mengingatkan agar masyarakat tidak sekadar bangga mengadopsi budaya luar, tetapi juga kembali mencintai dan mempraktikkan budaya sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, modernisasi tidak seharusnya menghapus jati diri lokal, melainkan berjalan berdampingan dengan nilai-nilai adat dan budaya.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


