Iklan HUT KORPRI 2025
Iklan Astra Motor

Wasekjen PKB : Muswil Sumsel Contoh Demokrasi yang Bermartabat dan Bermuafakat

Wasekjen PKB : Muswil Sumsel Contoh Demokrasi yang Bermartabat dan Bermuafakat

Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PKB, Zainul, membuka Musyawarah Wilayah (Muswil) III PKB Provinsi Sumatera Selatan.-Foto:dokumen palpos-

PALEMBANG, 19 Desember 2025, PALPOS.CO – Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) DPP PKB, Zainul, membuka Musyawarah Wilayah (Muswil) III PKB Provinsi Sumatera Selatan dengan pesan kuat tentang pentingnya menjaga nilai-nilai musyawarah dan mufakat dalam kehidupan partai.

Dalam sambutannya, Kamis (18/12), ia menyampaikan apresiasi atas perjuangan kader PKB Sumsel pada Pilkada dan Pilpres 2024 yang lalu.

Zainul menegaskan bahwa musyawarah wilayah ini adalah amanat dari struktur partai.

"Forum musyawarah wilayah ini, PKB mengambil jalan yang relatif terstruktur dan terpimpin. Ini adalah pilihan bagi pembangunan dan konstruksi partai politik kita, agar partai ini menjadi lahan yang luar biasa dalam menghadapi dinamika politik, baik internal maupun eksternal," ujarnya di hadapan peserta muswil.

BACA JUGA:Bonus Atlet Muba Cair, Bupati: Teruslah Berprestasi dan Harumkan Nama Muba

BACA JUGA:Kanwil Kemenkum Sumsel Koordinasi Pendaftaran Indikasi Geografis dan Paten ke DJKI

Ia menjelaskan bahwa muswil Sumsel ini adalah yang ketiga setelah sebelumnya digelar di Nusa Tenggara Barat.

"Ini adalah proses yang kita lakukan dengan percaya diri, Alhamdulillah berkualitas, tanpa harus meninggalkan prinsip-prinsip demokrasi kita," tambahnya.

Dalam pidatonya, Zainul mengajak kader merenungkan akar budaya musyawarah dalam peradaban Islam dan Indonesia.

Ia mengutip sejarah kepemimpinan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, khususnya dalam menghadapi Perang Khandaq (Parit).

BACA JUGA:HUT ke-26 DWP Sumsel, Peran Istri ASN Dinilai Strategis Dukung Pembangunan Daerah.

BACA JUGA:Feby Deru Raih Penghargaan OJK Sumsel atas Literasi Keuangan dan Pemberdayaan Perempuan.

Saat itu, meski ada perbedaan pendapat antara pilihan bertahan di Madinah atau menghadapi musuh di luar, keputusan akhir diambil berdasarkan musyawarah yang matang, meski pendapat Nabi yang minoritas pada awalnya ternyata adalah yang terbaik.

"Dari sana kita belajar, yang disebut dengan suara mayoritas belum tentu selalu bermanfaat atau tepat. Namun, ketika keputusan telah disepakati, kita harus bersatu.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: