Bikin Bergidik ! Arya Beber Kronologis Penganiayaan Dirinya

Jumat 07-10-2022,22:07 WIB
Reporter : Adetia
Editor : Padri

PALEMBANG, PALPOS.ID - Pasca melayangkan laporan ke Polda Sumsel, Selasa (04/10). Arya Lesmana Putera (19) didampingi ayahnya Rusdi (57) menjelaskan kronologi kejadian penganiayaan yang menimpanya kepada awak media.

Arya  didampingi  tim kuasa hukum dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum (YLBH) Sumsel Berkeadilan menggelar jumpa pers, Jumat (07/10).

BACA JUGA : Dianiaya hingga Ditelanjangi, Mahasiswa UIN Raden Fatah Trauma Berat

Arya membeberkan awalnya dia dibawa oleh tiga orang pelaku ke tempat sepi sebelum terjadinya penganiayaan.

“Sebelum kejadian, saya jadi imam pas Salat Jumat dan saya juga yang jadi khotibnya. Barulah setelah itu saya dibawa ke tempat sepi oleh 3 orang pelaku. Lalu Hp saya diambil dan diperiksa oleh mereka. Nah di sana orang yang pertama kali memukul saya adalah (N), yang dua orang lagi melerai,” jelasnya.

Lebih lanjut Arya menuturkan, setelah itu dia dibawa ke WC yang berjarak kurang lebih 50 meter oleh pelaku sekitar pukul 15.00 WIB untuk menghadap ke senior lainnya.

“Terus habis itu saya dibawa ke WC yang jaraknya 50 meteran tidak jauh dari danau. Nah,  di sana saya disuruh lepas pakaian oleh mereka. Setelah itu ada 8 senior lagi yang datang, habis ditelanjangi di WC itu saya disundut api rokok dan dipukul lagi oleh ketua pelaksana,” ungkapnya.

BACA JUGA : 10 Terduga Pelaku Penganiayaan Penuhi Panggilan Rektor UIN Raden Fatah

Arya mengaku dirinya diikat di pohon oleh pelaku dalam keadaan telanjang bulat.

“Habis dari WC saya dibawa ke tempat selanjutnya.   Di situ posisinya saya telanjang tidak menggunakan sehelai apapun. Terus ada salah satu pelaku mengambil tali rapiah, itu untuk mengikat saya di pohon. Dan di sana ada panitia perempuan yang lagi masak. Saya juga dilarang menutupi kemaluan saya,” beber Arya.

Tak hanya itu, dalam keadaan telanjang ternyata Arya juga sempat diancam dengan sebilah golok oleh salah seorang pelaku.

“Saya diikat dalam keadaan telanjang, terus salah satu dari mereka ada yang mengancam saya pakai golok juga,” ujar Arya.

Arya mengatakan, jika kejadian tersebut berlangsung selama kurang lebih 20 menit lamanya di hadapan panitia perempuan yang sedang memasak. Setelah itu diberi jedah sebentar untuk diberi minum dan obat.

“Saya dipermalukan sekitar 20 menit dan itu di depan panitia wanita yang sedang memasak, jumlah mereka sekitar 20 orang. Terus istirahat dikasih jedah sebentar, dikasih minum, dikasih obat,” katanya.

Lebih lanjut, sore hari sekitar pukul 16.30 WIB, Arya dibawa ke tempat penyimpanan tas yang lokasinya ada di belakang dapur.

BACA JUGA : Lanjutkan Investigasi, Rektor UIN Akan Periksa Pembina UKMK Litbang

“Habis itu saya dibawa ke tempat tas-tas di belakang dapur. Lalu saya disuruh duduk di atas tas-tas. Dalam ruangan itu ada sekitar 10 orang, dan kembali dianiaya. Ketupel berinisial R pura-pura memisahkan padahal dia juga ikut menerjang perut saya. Satu orang lagi si P dia yang memukul saya secara bertubi-tubi. Pokoknya dalam ruangan itu ada sekitar 40 menit,” lanjutnya.

Kemudian, Arya dipindahkan lagi ke satu rumah yang memang sudah disiapkan oleh para pelaku.

“Lalu pindah tempat lagi, terus saya diintrogasi di suatu rumah yang sudah disiapkan sama mereka. Nah mereka duduk di sana, tidak jauh dari danau. Terus mereka ada lagi yang mengancam mau memasukan saya ke danau (dibenyuke) sekitar jam 17.40 WIB, hampir Magrib,” kata Arya.

Setelah itu Arya dibawa ke pohon lagi tempat ia diikat sebelumnya oleh salah satu pelaku.

“Nah di sana saya dipukul lagi menggunakan gagang bambu, kayaknya untuk bendera pramuka,” ucapnya.

Arya mengungkapkan, jika dirinya dibawa lagi ke musala untuk take video klarifikasi jika Arya mengakui telah menyebar informasi privasi Litbang.

“Lanjut lagi ke musalah.  Di musholah dari jam 7 sampai jam 10 malam. Saya disuruh take video klarifikasi bahwa saya mengakui telah menyebarkan informasi privasi Litbang itu ke pihak yang tidak berkepentingan,” ungkapnya.

“Mereka suruh saya menghapal dulu dan dikasih tiga kali kesempatan. Jadi pukulannya ada   levelnya gitu, saya dikasih kesempatan 3 kali. Setelah itu jika salah   saya dipukul dan kalau kembali salah naik lagi tingkat pukulannya. Dan kepala saya ditutupi dengan tas mukenah agar tidak tahu siapa yang memukul. Disitu saya melindungi muka dengan tangan hingga jam yang dipakai pecah,” terangnya.

Arya menyebutkan, ada salah satu panitia wanita yang menjadi saksi saat pemukulan tersebut. Saksi tersebut merupakan PJ kesehatan, sekaligus meminta mereka untuk berhenti memukuli Arya pada saat itu.

“Jadi ada salah satu saksi saat saya dipukul, dia PJ kesehatan. Dia liat saya dipukuli dan nangis, terus dia minta sama senior saya untuk berenti memukuli saya. Habis itu dikasih jedah kayak tadi. Terus dikasih obat, balsem, minyak kayu putih, peredah nyeri,” kata Arya lagi.

Tak sampai di situ, tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB senior lainnya datang. Arya menerangkan jika kehadiran seniornya berinisial RW itu ternyata hanya untuk memeriksa HP  saja dan menyaksikan Arya dipukuli.

“Sekitar jam 11 malam senior datang lagi, nah dia memeriksa Hp saya dan membiarkan saja pemukulan terhadap saya. Itu terus berlangsung dari jam 10 malam sampai setengah 12 malam, dibawa ke ujung jalan terus dipukuli. Pas setengah 12 malam, itu saya disuruh buat video lagi kayak pas Magrib itu,” lanjut Arya.

“Habis itu disuruh istirahat dan diobati lagi. Saya disuruh tidur sekitar jam 02.00 WIB  sampai jam 05.00 WIB. Setelah itu ketupel bilang sama yang lain, jangan ada lagi yang mukulin saya,” tandasnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait