JAKARTA, PALPOS.ID - Harga minyak melonjak hampir 3 persen pada akhir perdagangan Rabu 26 Oktober 2022 sore waktu AS atau Kamis 27 Oktober 2022 pagi WIB.
Pelemahan dolar AS menambah dukungan terhadap harga minyak dunia, karena kekuatan greenback akhir-akhir ini telah menjadi faktor penting yang menghambat kenaikan pasar minyak.
Mengutip Antara, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember terangkat US$2,59 atau 3 persen ke US$87,91 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Desember menguat US$2,17 atau 2,3 persen ke level US$95,69 di London ICE Futures Exchange.
Ahli Strategi Pasar Senior RJO Futures, Eli Tesfaye mengatakan, kurs dolar AS membuat minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Greenback AS telah lebih kuat dari mata uang asing utama lainnya karena bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) lebih agresif menaikkan suku bunga.
"Secara keseluruhan, penguatan ini dipicu pelemahan dolar, dan jika mencoba mengaitkan penguatan ini dengan faktor lain di luar itu, itu bodoh,” kata Eli.
Diketahui indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 1,13 persen ke 109,7010 pada akhir perdagangan Rabu kemarin.
Pelemahan itu merupakan lanjutan penurunan 0,9 persen yang terjadi hari sebelumnya. Secara historis, harga minyak berbanding terbalik dengan harga dolar AS.
Selain pelemahan dolar, penguatan juga terjadi akibat akibat pengumuman Badan Informasi Energi AS (EIA) yang melaporkan ekspor minyak mentah AS naik menjadi 5,1 juta barel per hari.
Kenaikan ekspor yang terbesar sepanjang sejarah itu akhirnya mendongkrak harga minyak .
"Secara keseluruhan, berkat pasar ekspor, ini berubah menjadi laporan bullish meskipun ada peningkatan persediaan minyak mentah komersial berukuran sedang," kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York
Pedagang mengaitkan lonjakan ekspor dengan melebarnya spread WTI-Brent, yang memasuki perdagangan Rabu, lebih dari USD 8 per barel.
Sementara itu, untuk tingkat penyulingan AS tetap stabil di hampir 89 persen dari kapasitas, tertinggi untuk sepanjang tahun ini sejak 2018.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak mengejutkan pasar dengan pemotongan yang lebih besar dari perkiraan untuk target produksinya awal bulan ini.
Analis minyak mengantisipasi pasokan akan mengetat dalam beberapa bulan mendatang setelah langkah itu, dan karena Eropa diperkirakan bulan depan akan melarang impor minyak dari Rusia dan membatasi pengirim Rusia dari industri asuransi pengiriman global.