SEKAYU,PALPOS.ID - Masalah stunting merupakan masih jadi pekerjaan rumah secara nasional, juga bagi Musi Banyuasin. Mengacu data SEGI, 2019 angka stunting di Musi Banyuasin (23,04%), 2021 (23,0 %). Di tahun 2022, Muba menargetkan angka 23,0 persen, turun hingga ke 11,8 persen.
Sejumlah pemuda di Bayung Lencir ambil inisiatif dalam tim percepatan pencegahan stunting terintegrasi. Dengan tajuk Pemuda Bayung Lencir Cegah Stunting ( Pecah Stunting) mereka menyambangi langsung sejumlah balita stunting di Desa Suka Jaya, Dusun Sri Mulya dan Lubuk Sanggar. Yang mutaakhir, para pemuda Karang Taruna Kecamatan Bayung Lencir ini tak berhenti memberikan bantuan makanan bernutrisi melainkan bersama Ketua TP PKK Kecamatan Bayung Lencir, Pustu Dinas Kesehatan secara rutin tiap dia minggu sekali mengecek perkembangan si bayi dan ibunya.
"Di Desa Suka Jaya ini ada empat bayi yang kita pantau dan datangi sesuai data dari tim teknis Percepatan Pencegahan Stunting Muba (TPPS). Mereka adalah Shella Aisya, 2,1 bulan, 8,5 kg, tinggi 73,5, Raina Safia Aqila, 2,9 bulan, 10 kg, 77 cm, M Ayyas Allah Aziz, 1,6 bukan, 8,5, 69 cm, Abidah Dania Humairah, 2,3 bulan, 8,5 kg, 76 cm. Kita tiap dia minggu sekali akan pantau terus," jelas Ketua Karang Taruna Bayung Lencir, Pandji Syahputra, Jumat (9/9/2022).
Ia berharap para anak balita gagal tumbuh atau gagal kembang ini menjadi teratasi nutrisi otak mereka. Langkah para pemuda Bayung Lencir ini langsung dikawal Ketua TP PKK Bayung Lencir Astuti Imron.
"Kita senang dan bangga. Di Bayung ada tim TPPS terintegrasi yang juga didukung penuh pemuda. Ini luar biasa. Sebagai agen perubahan mereka sangat peduli dengan masa depan generasi," terang Titik Imron di lokasi.
Baginya, tidak hanya tugas dari pemerintah untuk menanggulangi masalah stunting ini. Namun semua pihak termasuk kalangan pemuda bisa turut serta memutus rantai stunting.
Sebelumnya, pada pekan awal bulan lalu, 11 Agustus 2022, mulai sudah mulai Rembug Stunting di Sekayu. Menurut Pj Bupati Muba, H Apriyadi saat membuka acara menyebut, penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang dapat merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak.
"Anak Stunting beresiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya, bahkan berdasarkan laporan world bank stunting dan berbagai bentuk masalah gizi bisa menimbulkan kerugian ekonomi sebesar 2-3 % dari produk domestik bruto (PDB) setiap tahunnya," ujar Apriyadi.
Plt Kepala Bappeda Muba Sunaryo SSTP MM yang juga Wakil Ketua TPPS Muba menyebutkan pelaksanaan kegiatan rembuk stunting merupakan aksi ke tiga dari konvergensi penurunan Stunting di Kabupaten Muba.
"Komitmen Pemerintah Kabupaten Muba terhadap penanganan stunting dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah tahun 2017-2022 sebagai upaya meningkatkan indeks pembangunan manusia, dengan target penurunan angka stunting menjadi 11,8% di tahun 2022," bebernya.
Sasaran program ini, kata dia, seluruh penduduk Kabupaten Muba fokus pada masyarakat yang beresiko stunting, seperti keluarga miskin, remaja putri anemia, ibu hamil, dan bayi usia 0-24 bulan.(*)