3 Kali Usulan Gagal Bangun Jembatan Ampera Palembang, Sejak Kapan...

Sabtu 19-11-2022,15:57 WIB
Reporter : Bambang
Editor : Bambang

PALEMBANG, PALPOS.ID – Letak Kota Palembang atau ibukota Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), sangat strategis.

Namun, masyarakat Kota Palembang tempat tinggalnya terbelah oleh Sungai Musi.

Karena akses itulah, hingga akhirnya terpikir untuk membangun Jembatan yang menghubungkan Seberang Ilir dan Seberang Ulu.

Dan akhirnya dibangun Jembatan Ampera Palembang. Jembatan yang dibangun sepanjang 1.177 meter.

BACA JUGA:3 Fakta Menarik Terkait Jembatan Ampera Palembang, Apa Saja Ya

Namun, kita semua baru tahu jika usulan pembangunan Jembatan Ampera tersebut sempat tiga kali gagal.

Yakni usulan tahun 1906, yakni pada zaman Gemeente Palembang, atau zaman penjajahan Belanda.

Kemudian, pembangunan Jembatan yang menjadi ikon wisata Kota Palembang itu, kembali diusulkan tahun 1924.

Yakni masih zaman penjajahan, atau saat jabatan Walikota Palembang dijabat Le Cocg de Ville.

BACA JUGA:Dewan Sumsel Tegaskan Pembangunan Lift Jembatan Ampera Minim Azas Manfaat

Akan tetapi, usulan ini kembali mentah. Bahkan, hingga akhir jabatan Le Cocg atau ketika Belanda Hengkang dari Indonesia, pembangunan tak terealisasi.

Setelah itu kembali diusulkan yang ketiga kalinya tahun 1956, saat DPRD Peralihan Kota Besar Palembang.

Dimana, ketika itu anggaran yang dimiliki Kota Palembang hanya Rp30 ribu. Namun, lagi-lagi usulan ketiga kalinya ini tak terealisasi.

Lantas keempat kalinya, pembangunan Jembatan menghubungkan Seberang Ilir dan Seberang Ulu, dilakukan pada 1957.

BACA JUGA:Terkait Rencana Pemasangan Lift di Jembatan Ampera, Ini Kata TACB, DPRD Sumsel dan Budayawan

Yakni dengan membentuk panitia pembangunan Jembatan, diinisiasi Pangdam IV/Sriwijaya Letjen TNI Harun Sohar, dan Gubernur Sumsel GHA Bastari.

Panitia pembangunan juga diisi Walikota Palembang M Ali Amin, dan Indra Caya. Tim Pembangunan langsung menghadap Presiden RI Soekarno alias Bung Karno.    

Dan usulan keempat kalinya ini berhasil, karena Presiden Soekarno menyetujui pembangunan Jembatan Ampera Palembang.

Namun, Bung Karno meminta syarat yakni Pembangunannya harus berada di pusat Kota Palembang.

BACA JUGA:Tolak Lift Jembatan Ampera, Belum Dibutuhkan Masyarakat

Atau dibangun antara kawasan 16 Ilir dan 7 Ulu. Syarat lainnya yakni harus ada taman terbuka dari kedua ujung jembatan.

Lantas ada penandatanganan kontrak pada 14 Desember 1961, dengan biaya pembangunan lebih kurang Rp900 juta.

Sebab, kontrak pembangunannya saat ini yakni sebesar USD4,5 juta, dengan kurs dollar Amerika saat itu, USD1 senilai Rp200.

Lantas biaya pembangunan Jembatan Ampera yang dimulai April 1962 itu, diambil dari dana pampasan perang Jepang.

BACA JUGA:Kadisbudpar Sumsel Akan Kaji Ulang Pemasangan Lift di Jembatan Ampera

Awalnya, Jembatan Ampera itu diberi nama Jembatang Bung Karno.

Alasannya, sebagai penghargaan kepada Presiden Soekarno yang serius memperjuangkan pembangunan Jembatan di atas Sungai Musi tersebut.

Jembatan Bung Karno kala itu diresmikan pada tahun 1965 oleh Letjen TNI Ahmad Yani, mewakili Presiden Soekarno.

Namun, karena adanya pergolakan politik, atas persetujuan Presiden Soekarno, akhirnya jembatan itu diganti dengan nama Jembatan Ampera sejak tahun 1966.

BACA JUGA:Jembatan Ampera Bakal Dipasang Lift

Hingga sekarang, Jembatan Ampera Palembang masih kokoh berdiri. Bahkan, masih menjadi ikon wisata Kota Palembang. (*)

Kategori :