PALEMBANG, PALPOS.ID – Masalah pendapatan Light Rail Transit (LRT) masih menjadi sorotan. Sudah 5 tahun beroperasi, ternyata pendapatan masih minim.
Hal ini disampaikan Pengamat Kebijakan Publik, Bambang Haryo Soekartono saat mengunjungi LRT Sumatera Selatan (Sumsel).
"Setahun pendapatan LRT masih Rp 15 miliar. Ini belum sebanding dengan biaya operasional yang mencapai miliaran rupiah per bulan,” kata Bambang, yang juga Anggota DPR RI periode 2014-2019 saat di Stasiun LRT Ampera, Rabu (10/5/2023)
Untuk itu pihak pengelola harus bekerja keras untuk menutupi biaya operasional.
BACA JUGA:Warga Kecele Ida Dayak Tak Datang ke Lubuklinggau, Ada Warga Daerah Tetangga Juga Lho...
BACA JUGA:Bikin Ngakak, Wartawan Cecar Pertanyaan Julid ke Reihana Usai Diperiksa KPK
"Berdasarkan data yang ada untuk listriknya saja satu bulan Rp 7 miliar. Sedangkan pendapatan per tahun Rp 15 miliar,” jelas pria yang akrab disapa BHS ini.
Karena itu, tugas Pemerintah Daerah juga harus turut memacu warganya untuk meningkatkan penumpang LRT.
Bambang juga sangat menyayangkan batalnya U-20.
“Ya, ini sayang sekali. Padahal dengan adanya U-20 diharapkan dapat meningkatkan pendapatan LRT Sumsel, karena belum bisa dimanfaatkan secara maksimal.
BACA JUGA:Inilah 7 Tempat Makan Enak di Singapura dan Tak Bikin Kantong Bolong
Seperti waktu itu adanya Asian Games penumpangnya membludak, tapi setelah selesai Asian Games nggak ramai," ujar Alumni ITS ini.
Untuk itu Pemerintah Daerah harus mencari event - event lainnya agar LRT Sumsel bisa lebih semarak lagi. Dengan harapan masyarakat dalam dan luar negeri memanfaatkan LRT dengan maksimal.
"Ini harus dicari solusinya, jangan sampai LRT secara terus menerus menggerus APBN kita. Karena subsidinya sekitar Rp 200 miliar setiap tahunnya," ungkapnya.