BACA JUGA:Dua Pencuri Motor Mahasiswa Unsri Dibekuk Polisi, Ini Tampangnya
Selain green tea, pihaknya juga akan meningkatkan prosentase produk CTC.
Menurut dia, CTC memang masuk kategori teh premium yang sejak dulu hingga kini memiliki pasar yang kuat.
"CTC ini adalah teh premium yang selama ini menjadi salah satu andalan kita. Permintaan pasar juga masih banyak, tetapi kemarin kita sering kurang kontinue di suply. Makanya kita gerakkan lagi," kata dia.
BACA JUGA:Dua Pencuri Motor Mahasiswa Unsri Dibekuk Polisi, Ini Tampangnya
Komisaris Utama PTPN VII Nurhidayat mengapresiasi inisiatif itu.
Ia mengatakan, dunia bisnis memang harus peka terhadap perubahan. Namun, dia menginginkan agar setiap keputusan yang diambil dapat dipertanggung jawabkan secara maksimal.
"Kita tahu bisnis teh memang belum membaik. Tetapi jangan menyerah. Saya apresiasi keputusan ini. Putuskan, pahami mitigasi risikonya, tingkatkan effort-nya, ikhtiarkan dengan maksimal, dan jangan lupa terus berdoa. Doa bagi kita sangat penting karena bisnis agro itu berbeda dengan bisnis manufaktur," kata dia.
BACA JUGA:Profil Kabupaten Natuna Calon Ibukota Provinsi Natuna Anambas Pemekaran Provinsi Kepulauan Riau
Nurhidayat mengaku sempat mendalami fenomena bisnis teh.
Hingga saat ini, kata dia, harga pokok produksi teh selalu lebih tinggi dari harga jual.
Dalam konteks ini, ia memberi tantangan kepada manajemen Unit Pagaralam untuk menekan harga pokok produksi agar ketimpangan bisa terkikis.
BACA JUGA:Herman Deru Motivasi Para Mahasiswa/i Asal Sumsel yang Menimba Ilmu di Yogyakarta
Sementara itu, Direktur PTPN VII Ryanto Wisnuardhy juga mendukung langkah pabrik teh Gunung Dempo.
Meskipun belum berhasil mencatatkan laba, ia menilai Unit Pagaralam berangsur membaik.
"Saya setuju dengan rekomposisi ini. Tetapi yang harus diperhatikan, bahwa kualitas harus tetap menjadi nomor satu. Menjaga kualitas memang akan mempengaruhi kuantitas, tetapi mengorbankan kualitas sama saja kita turun kelas," kata dia.