Indonesia kaya akan keragaman budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.
Salah satu contohnya adalah alat musik tradisional yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya lokal.
Di tengah gemuruh modernisasi, alat musik kelentangan dari daerah Banyuasin, Sumatera Selatan, tetap kokoh berdiri sebagai penjaga warisan leluhur yang tak ternilai.
Kelentangan Banyuasin, demikian alat musik ini disebut, memiliki bentuk dan suara yang unik.
BACA JUGA:Warisan Budaya, Berikut 8 Alat Musik Tradisional yang Tidak Boleh Dilupakan
Terbuat dari bahan alam seperti bambu, kayu, dan kulit binatang, kelentangan memiliki bentuk menyerupai semacam gong berukuran lebih kecil.
Meski ukurannya kompak, namun jangan meremehkannya, karena kelentangan memiliki kekuatan untuk memenuhi udara dengan getaran yang memukau.
Pembuatan kelentangan bukanlah perkara yang mudah.
Prosesnya melibatkan para maestro pengrajin yang telah mewarisi ilmu dan keterampilan dari generasi sebelumnya.
BACA JUGA:Veteran Empat Lawang: Saat Perang, Teman Seperjuangan Mati Dipangkuan
Bambu-bambu pilihan dipilih untuk diolah menjadi bagian-bagian kelentangan.
Bagian bawah kelentangan yang berbentuk cembung memberikan rezonansi yang unik, sementara bagian atas yang lebih datar memberikan ruang bagi tangan untuk memukul dengan tepat.
Suara yang dihasilkan oleh kelentangan pun memiliki variasi, mulai dari nadanya yang rendah dan dalam hingga nadanya yang tinggi dan riang.
Dalam setiap tarian adat dan upacara keagamaan, kelentangan Banyuasin memiliki peran penting dalam menciptakan atmosfer yang khas.
BACA JUGA:Kisah Heroik Ono Niha : Perlawanan Suku Nias yang Bikin Pasukan Belanda Ketar Ketir