PALPOS.ID - Dalam cerita rakyat yang berkembang di desa Kutaringin, yang sekarang dikenal sebagai Kotawaringin Lama, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, terdapat sebuah kisah legenda yang mempesona.
Desa ini adalah rumah bagi sekelompok orang yang hidup dalam kekurangan, dan mereka mengandalkan bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.
Di desa Kutaringin ini mengalir sebuah sungai besar yang panjang, dikenal sebagai sungai Lamandau.
BACA JUGA:Fenomena Unik Bleduk Kuwu di Kabupaten Grobokan, Calon Provinsi Jatara, Terhubung ke Pantai Selatan
Sungai ini tak hanya digunakan sebagai tempat mandi oleh penduduk desa, tetapi juga menjadi mata pencaharian mereka.
Dahulu kala, konon ada suatu peristiwa yang ajaib terjadi di sekitar sungai Lamandau ini.
Penduduk desa sering kali mandi di sungai Lamandau saat matahari terbenam. Pada satu kesempatan, ketika seorang penduduk sedang mandi, seekor ikan belida datang menemui mereka.
BACA JUGA:Pemekaran Wilayah Provinsi Kalimantan Barat, 6 Keunikan Provinsi Dengan Motto Akcaya
Kejadian ini berulang terjadi, bahkan setiap kali penduduk desa mandi, ikan belida selalu muncul.
Namun, seperti halnya kehidupan, musim berubah, dan kemarau yang panjang melanda desa ini.
Sungai Lamandau yang pernah mengalir indah mulai mengering, dan penduduk desa merasakan penderitaan akibat kekeringan. Tanaman mereka mati, dan mata pencaharian mereka lenyap.
BACA JUGA:Kabupaten Kudus, Calon Ibukota Provinsi Jatara Paling Tajir di Jawa Tengah
Dalam upaya mencari sumber air, seorang penduduk berani menyusuri sungai yang telah menjadi daratan akibat kemarau.
Ia berharap menemukan air yang bisa mengakhiri penderitaan desanya.
Setelah pencarian yang lama, ia menemukan sebuah ikan belida besar yang masih hidup. Ia memahami bahwa ikan tersebut hidup karena berada di atas mata air.
BACA JUGA:Mitos Dibalik Warna Warni Ikan Koi, Warna Merah Ternyata Menggambarkan Hal Ini..
Penduduk desa bersatu untuk mengangkat ikan belida tersebut, dan dugaan mereka benar. Di bawah ikan belida, mereka menemukan sumber air yang sangat dibutuhkan.
Namun, mengambil air dari bawah perut ikan belida bukanlah tugas yang mudah. Ikan tersebut besar, dan air yang mereka butuhkan tertutup oleh tubuhnya.
Mereka harus bergotong-royong, memegang berbagai bagian tubuh ikan untuk mencapai mata air yang ada di bawahnya.
BACA JUGA:Misteri Warna Yang Mendalam: Rahasia Makanan untuk Ikan Discus yang Memukau
Namun, hal terduga terjadi ikan belida yang selalu menemui mereka ditemukan terbujur kaku di sungai yang telah menjadi daratan. Ikan belida ini telah berubah menjadi batu.
Penduduk desa membawa batu ikan belida ini ke pemukiman mereka. Batu ini memberikan isyarat misterius bahwa suatu hari nanti akan ada seorang ulama yang akan datang dan menyebarkan agama Islam di desa ini.
Mereka terkejut ketika batu tersebut tiba-tiba berbicara, menawarkan untuk mengabulkan permintaan mereka.
BACA JUGA:Fakta Unik Kabupaten Pati, Calon Provinsi Jatara: Kota Hogwarts van Java
Penduduk desa memohon agar batu ini membawa hujan yang melimpah, untuk mengakhiri kekeringan yang telah lama melanda mereka.
Batu tersebut setuju, dan cuaca yang cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Hujan deras pun turun, memenuhi sungai Lamandau yang telah menjadi daratan selama bertahun-tahun.
Penduduk desa Kutaringin akhirnya merasa lega. Setelah bertahun-tahun, penduduk desa ini menjalani kehidupan yang keras, bergantung pada air yang sulit diakses dari perut ikan belida.
BACA JUGA:Catat! Ini Persiapan Penting yang Harus Dilakukan Sebelum Memasuki Tol
Mereka berdoa dan memuja, memohon agar hujan turun dan mengakhiri kekeringan. Akhirnya, doa mereka terkabul.
Hujan deras mengguyur desa mereka, menyuburkan tanah kering mereka, dan air sungai Lamandau kembali mengalir.
Namun, cerita ini tidak berakhir di sini. Belanda datang untuk menjajah desa ini, tetapi mereka takut ketika menemukan batu ikan belida ini.
BACA JUGA:TERBARU ! Usulan Provinsi Jatara Pemekaran Jawa Tengah, Berikut Potensi 6 Kabupaten yang Bergabung
Mereka mencoba menghancurkannya, dan batu tersebut mengucapkan kata terakhir yang misterius, "ALLAHHU AKBAR."
Juragan Belanda bertanya, "Apa tidak ada yang kramat?" Penduduk desa hanya bisa mengucapkan "Allahu Akbar" sebagai jawaban. Setelah itu, Belanda segera meninggalkan desa Kutaringin.
Meskipun batu belida tidak bisa berbicara lagi, pengaruhnya tetap kuat di desa ini.
BACA JUGA:Sensasi Kegurihan Kuliner Palembang dari Ikan Belida, Kini Masuk Satwa Yang Harus Dilindungi
Legenda batu ikan belida di desa Kutaringin tetap menjadi bagian penting dari sejarah dan budaya desa ini, mengingatkan penduduknya akan keajaiban dan kekuatan iman.(***)
Legenda Batu Ikan Belida: Kehidupan dan Keajaiban di Desa Kutaringin
Senin 04-09-2023,15:26 WIB
Editor : Diansyah
Kategori :