Lebih lanjt Ikhaq mengatakan bahwa salah satu tantangan pelaksanaan MBKM adalah kurikulum perguruan tinggi yang “terlalu gemuk” dan dianggap sacral.
Kurikulum itu terbentuk dari warisan lama yang terus ditambahkan dengan hal yang baru. Karena itu pada tahap pertama perguruan tinggi harus berani melakukan relaksasi kurikulum.
Semetara itu Wakil Kepala Pelaksana Pusat Kampus Merdeka, Amir Mahmud Saatari, mengatakan bahwa kemitraan sangat penting untuk mengkselerasi MBKM Mandiri.
“Pepatah mengatakan, kalau mau berjalan cepat berjalanlah sendiri. Tapi kalau mau berjalan jauh, berjalanlah bersama.” Karena itu dia mengharapkan agar kemitraan perguruan tinggi dengan mitra terus diintensifkan.
BACA JUGA:Komitmen Berantas Narkoba, Kemenkumham Sumsel Pidanakan 69 Bandar Narkoba ke Lapas Nusa Kambangan
Sebagai latar belakang, acara Bimtek dan MSD di Palembang adalah bagian dari program nasional akselerasi MBKM Mandiri, yang diselenggarakan oleh Direktorat Belmawa bekerja sama dengan tim Kampus Merdeka Mandiri (KMM).
Kegiatan ini akan diselenggarakan di 16 wilayah LLDikti di seluruh Indonesia, sejauh ini kegiatan ini sudah berjalan di Aceh, Ambon, Banjarmasin, Kupang, Semarang dan Jayapura.
Manajer KMM Heru Wijayanto Aripradono mengatakan bahwa karena perbedaan kebutuhan di masing-masing wilayah LLDikti, maka di sejumlah wilayah diadakan sosialisasi dan bimbingan teknis, sementara di sejumlah wilayah lain diselenggarakan Bimtek dan MSD.
“Perbedaan kebutuhan itu bisa terjadi di tingkat LLDikti, perguruan tinggi, atau keduanya,” tutur Heru.
BACA JUGA:Lapas Muara Beliti Kemenkumham Sumsel Resmi Tutup Program Rehabilitasi Medis dan Sosial Tahun 2023
Sosialisasi adalah pengenalan umum mengenai MBKM, khususnya MBKM Mandiri. Dengan mengikuti acara sosialisasi, diharapkan para peserta memahami filosofi, dasar hukum, dan perlunya MBKM Mandiri.
Bimtek ditujukan kepada kalangan perguruan tinggi yang sudah memahami seluk beluk MBKM tetapi masih membutuhkan bimbingan teknis pelaksanaannya.
Bimtek berfokus pada bagaimana perguruan tinggi bisa melakukan relaksasi kurikulum dan bagaimana mendesain kurikulum MBKM.
Relaksasi kurikulum diperlukan untuk memberikan ruang gerak yang lebih luas bagi perguruan tinggi untuk mendesain kurikulum yang lebih merdeka dan lebih sesuai dengan konteks setempat.
BACA JUGA:Kemenkumham Sumsel Gencar Sosialisasikan Dampak Negatif Penyalahgunaan Narkoba pada Warga Binaan
Sementara itu MSD adalah ajang dialog antara perguruan tinggi dengan pihak di luar perguruan tinggi seperti lembaga pemerintahan, organisasi bisnis (termasuk industri), organisasi sosial dan kemasyarakatan yang berpotensi menjadi mitra bagi perguruan tinggi untuk menyelenggarakan MBKM Mandiri.