PALEMBANG, PALPOS.ID - Di tanah Bengkulu, terdapat sebuah tradisi unik yang dikenal dengan nama "Tabot."
Meskipun istilah ini berasal dari bahasa Arab yang berarti "kotak kayu" atau "peti," tradisi Tabot di Bengkulu jauh lebih kaya maknanya.
Tradisi ini telah mengalami perkembangan sepanjang sejarahnya dan memiliki akar yang kuat dalam budaya masyarakat Bengkulu.
BACA JUGA:Lawang Sewu: Destinasi Wisata Horor di Bangunan Bersejarah Kota Semarang, Bikin Bulu Kuduk Berdiri
Tradisi Tabot di Bengkulu bermula dari peristiwa sejarah yang sangat penting, yaitu kisah kepahlawanan Husein, cucu Rasulullah SAW, yang gugur dalam Perang Karbala pada tahun 681 Masehi, dalam bulan Muharram.
Namun, sebelum kita mendalami lebih jauh tentang makna dan sejarah Tabot, mari kita melihat asal-usulnya.
Pada awalnya, Tabot tidak berhubungan dengan Bengkulu. Tradisi ini datang dari India melalui tangan pekerja yang dipekerjakan oleh Inggris saat pembangunan benteng Marlborough pada tahun 1718-1719.
BACA JUGA:Taman Badegolan, Destinasi Wisata Terbaru yang Memukau di Kebumen
Para pekerja ini berasal dari India, dan ketika mereka tiba di Bengkulu, mereka merasa cocok dengan keadaan di daerah ini dan memutuskan untuk menetap.
Lambat laun, tradisi Tabot mulai dikenal di kalangan masyarakat Bengkulu. Awalnya, tradisi ini dimaksudkan untuk mengenang kepahlawanan Husein dan peristiwa tragis di Karbala.
Namun, seiring berjalannya waktu, Tabot juga mulai menggabungkan unsur-unsur budaya lokal dan memenuhi wasiat leluhur yang turun-temurun.
BACA JUGA:Wisata Sejarah dan Keindahan Alam: Menjelajahi Kaliadem, Dekat Gunung Merapi di Yogyakarta
Tradisi Tabot melibatkan prosesi perarakan kotak kayu yang dibuat dengan indah, dikenal sebagai Tabot. Tabot ini dihias dengan berbagai ornamen dan hiasan yang memukau.
Selama perarakan, Tabot dibawa melalui jalan-jalan kota Bengkulu dengan penuh kehormatan dan penghormatan.
Kemeriahan acara ini sering kali menarik perhatian masyarakat setempat dan wisatawan.
BACA JUGA:Banyu Anget, Kotamobagu, Sulawesi Utara, Wisata Akhir Pekan untuk Liburan Keluarga
Selain prosesi Tabot, tradisi ini juga mencakup berbagai kegiatan budaya seperti tari-tarian tradisional, musik, dan pementasan yang memeriahkan acara.
Ini menciptakan suasana yang penuh semangat dan memperkaya warisan budaya Bengkulu.
Namun, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan Bengkulu, tradisi Tabot telah mengalami perubahan.
BACA JUGA:Pesona Bukit Cinta: Eksplorasi Keindahan Destinasi Wisata Kayu Aro di Provinsi Jambi.
Meskipun masih mengenang Husein dan peristiwa Karbala, Tabot kini juga menjadi sarana untuk memperkokoh persatuan dan kebersamaan masyarakat Bengkulu.
Ini bukan hanya sekadar tradisi agama, tetapi juga ekspresi budaya dan kebanggaan lokal.
Sekarang, tradisi Tabot di Bengkulu telah menjadi acara tahunan yang sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat setempat.
BACA JUGA: Nikmati Keajaiban Wisata Air Panas Tuti di Nusa Tenggara Timur yang Masih Alami
Setiap tahun, ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan perarakan Tabot dan merayakan keanekaragaman budaya Bengkulu.
Ini juga menjadi kesempatan bagi generasi muda untuk memahami akar budaya mereka dan memelihara warisan yang berharga ini.
Meskipun asal-usulnya mungkin terletak di luar Bengkulu, Tabot telah menjadi salah satu identitas budaya yang kuat bagi masyarakat Bengkulu.
BACA JUGA:Taman Hutan Raya Gunung Tumpa: Nikmati Sensasi Berwisata di Alam Terbuka, 600 Meter Diatas Permukaan Laut
Ini mengingatkan kita bahwa warisan budaya tidak selalu harus berasal dari tempat kelahiran kita, tetapi dapat menjadi bagian penting dari identitas dan perjalanan kita sebagai masyarakat.
Tradisi Tabot adalah contoh nyata bagaimana budaya dapat berkembang dan bersatu di lingkungan yang beragam.
Dengan berbagai makna dan simbolisme yang terkait dengannya, Tabot tetap menjadi salah satu tradisi yang mempesona dan membingkai budaya Bengkulu.*
Ini adalah pengingat tentang kisah kepahlawanan, persatuan, dan kebanggaan dalam masyarakat yang beragam dan unik.*