Tradisi Adu Betis Sulawesi Selatan, Ungkapan Syukur Masyarakat Bugis, Makassar, dan Toraja

Jumat 20-10-2023,20:00 WIB
Reporter : Isro
Editor : Romi

PALEMBANG, PALPOS.ID - Masyarakat Sulawesi Selatan telah mengakhiri musim panen dengan tradisi yang unik dan penuh semangat, yaitu adu betis atau mallanca.

Tradisi ini tidak hanya merupakan sebuah permainan, tetapi juga sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah.

Khususnya, tradisi ini sering dilakukan oleh masyarakat Bugis, Makassar, dan Toraja di daerah Sulawesi Selatan.

BACA JUGA:Upside Down World, Tempat Wisata Unik yang Mendadak Hits di Yogyakarta

Tradisi adu betis dimulai dengan sebuah acara makan besar yang melibatkan seluruh komunitas.

Makanan-makanan tradisional khas Sulawesi Selatan seperti coto Makassar, pallu butung, dan pisang epe akan tersedia dalam jumlah melimpah.

Setelah perut semua orang terisi, rangkaian utama tradisi dimulai.

BACA JUGA:Keindahan Alam yang Menakjubkan dari Gunung Kendil dengan Wisata yang Penuh Petualangan

Peserta dalam tradisi ini akan dibagi menjadi dua tim, masing-masing terdiri dari dua anggota.

Proses ini bukanlah semata-mata untuk memilih tim, melainkan untuk membangun semangat kolaboratif antar anggota masyarakat.

Tim-tim yang terbentuk akan berpartisipasi dalam permainan yang unik ini.

BACA JUGA:Wisata Bukit Geger di Kabupaten Bangkalan, Destinasi Wisata Unggulan di Jawa Timur

Permainan adu betis ini memerlukan keterampilan, kekuatan, dan keseimbangan yang tinggi.

Tim harus memastikan bahwa betis mereka tidak terjatuh saat dihantam oleh tim lawan.

Proses ini menuntut kerja sama yang baik antara dua anggota dalam satu tim, karena satu kesalahan bisa membuat betis terjatuh dan mengakibatkan tim kalah.

BACA JUGA:Lawang Sewu: Destinasi Wisata Horor di Bangunan Bersejarah Kota Semarang, Bikin Bulu Kuduk Berdiri

Permainan adu betis ini dilakukan dalam sebuah lingkaran besar yang biasanya dibuat di lapangan atau tempat terbuka yang luas.

Para penonton, termasuk keluarga dan teman-teman peserta, berkumpul di sekitar lingkaran untuk memberikan dukungan dan semangat.

Suasana di sekitar lapangan sangat meriah, dengan sorak-sorai dan tepukan tangan yang menggema.

BACA JUGA:Taman Badegolan, Destinasi Wisata Terbaru yang Memukau di Kebumen

Satu hal yang menarik dari tradisi ini adalah durasinya yang cukup lama. Permainan adu betis bisa berlangsung selama empat jam atau lebih.

Ini menunjukkan ketahanan fisik dan mental para peserta. Selama permainan, mereka harus menjaga fokus dan keseimbangan sepanjang waktu.

Tradisi adu betis ini memiliki akar budaya yang kuat di masyarakat Sulawesi Selatan.

BACA JUGA:Wisata Sejarah dan Keindahan Alam: Menjelajahi Kaliadem, Dekat Gunung Merapi di Yogyakarta

Selain sebagai ungkapan syukur atas hasil panen, tradisi ini juga merupakan sarana untuk mempererat hubungan sosial dan memupuk semangat kebersamaan dalam masyarakat.

Ini juga menjadi kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dari yang lebih tua tentang nilai-nilai tradisional dan kearifan lokal.

Menurut pemuka adat setempat tradisi adu betis adalah warisan budaya yang kami jaga dengan penuh kebanggaan.

Ini adalah cara kami untuk merayakan hasil panen dan memperkuat ikatan antaranggota masyarakat.

Generasi muda kami diajari untuk menghargai tradisi ini dan meneruskannya ke generasi berikutnya.

Tradisi adu betis ini juga menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang datang ke Sulawesi Selatan.

Mereka memiliki kesempatan untuk melihat dan bahkan ikut serta dalam tradisi ini, sehingga dapat merasakan kehangatan dan keramahan masyarakat setempat.

Seiring dengan berkembangnya pariwisata di daerah ini, tradisi ini semakin menjadi bagian penting dari identitas budaya Sulawesi Selatan.

Selama tradisi adu betis berlangsung, peserta dan penonton dapat menikmati atraksi yang unik dan menarik.

Kombinasi antara permainan adu betis, kuliner khas Sulawesi Selatan, serta pertunjukan seni tradisional membuat acara ini menjadi sebuah pengalaman yang tak terlupakan.

Tradisi adu betis di Sulawesi Selatan bukan sekadar permainan fisik, melainkan juga simbol kebersamaan, keberagaman budaya, dan rasa syukur atas hasil panen yang berlimpah.

Dengan menjaga dan merayakan tradisi ini, masyarakat Sulawesi Selatan terus menghidupkan warisan budaya mereka dan mengajarkannya kepada generasi mendatang.*

Kategori :