Oleh: Rizki Nurul Fatimah, S.Kp.G., M.K.M*
KESEHATAN merupakan suatu keadaan dimana seorang individu merasa sejahtera secara fisik, mental dan tidak hanya sekedar tidak memiliki penyakit.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009, kesehatan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan sehat, baik secara mental, fisik, spiritual maupun sosial untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi.
Pada dasarnya kesehatan merupakan hal yang sangat penting kaitannya dengan produktivitas seseorang dan setiap manusia membutuhkan kehidupan yang sehat untuk menunjang keberlangsungan hidupnya.
Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu bagian terpenting yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh individu.
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan gigi dan mulut dapat diartikan suatu keadaan sehat pada jaringan lunak dan jaringan keras gigi serta unsur-unsur yang berhubungan dengan rongga mulut, yang memungkinkan individu berbicara, makan dan berinteraksi sosial tanpa terganggu fungsinya secara estetik dan ketidaknyamanan karena adanya penyakit penyimpangan oklusi serta kehilangan gigi sehingga mampu hidup produktif secara ekonomi dan sosial.
Saat ini kesehatan gigi dan mulut masih kurang diperhatikan oleh Masyarakat. Hasil riset kesehatan dasar (riskesdas) menyatakan bahwa masalah kesehatan gigi dan mulut mencapai lebih dari 50% di Indonesia, dimana masalah yang muncul berkaitan dengan gigi berlubang, sakit gigi, hingga kehilangan gigi.
Tingginya permasalah kesehatan gigi dan mulut dapat berdampak pada kesehatan pada setiap individu. Gigi yang berlubang dan tidak dilakukan perawatan akan berdampak pada kehilangan gigi. Sedangkan disaat usia dewasa, gigi sudah tidak dapat tumbuh lagi.
Setiap orang pasti tidak ingin mengalami kehilangan gigi. Kehilangan gigi adalah suatu keadaan yang tidak diharapkan, karena dapat mempengaruhi kondisi kesehatan seseorang.
Kehilangan gigi (edentulous) yaitu suatu keadaan dimana gigi tidak ada atau lepas dari soket tempatnya atau keadaan gigi yang dapat mengakibatkan gigi antagonisnya kehilangan kontak.
Kehilangan gigi mulai terjadi pada anak-anak dari usia 6 tahun yang mengalami hilangnya gigi sulung yang kemudian digantikan oleh gigi permanen.
Saat ini kehilangan gigi masih sering terjadi. Pada usia dewasa, kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai fakor, diantaranya faktor penyakit seperti karies (gigi berlubang) serta penyakit periodontal.
Faktor lain seperti trauma, sikap dan karakteristik terhadap pelayanan kesehatan gigi, faktor sosio demografi serta gaya hidup juga turut mempengaruhi hilangnya gigi.
Pada saat mengalami kehilangan gigi, penggunaan gigi tiruan adalah alternatif untuk pemulihan terhadap gigi yang hilang.
Penggunaan gigi tiruan berperan penting dalam proses pengembalian sistem pengunyahan yang hilang atau terganggu akibat kehilangan gigi.