Transformasi Perwasitan di BRI Liga 1 2024/2025: Tantangan dan Harapan dengan VAR dan Refer System

Selasa 09-07-2024,12:40 WIB
Reporter : Enchep H
Editor : Erika

OLAHRAGA, PALPOS.ID- BRI Liga 1 2024/2025 akan mengalami beberapa perubahan signifikan dengan diperkenalkannya VAR (Video Assistant Referee) dan sistem evaluasi wasit baru yang diberi nama Referee Evaluation Resource (Refer) System. Kedua inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan integritas pertandingan di Indonesia. Namun, ada pertanyaan mendasar mengenai efektivitas implementasi ini dalam mengatasi masalah mendasar perwasitan di Indonesia.

VAR menjadi salah satu inovasi yang paling ditunggu-tunggu. Teknologi ini telah terbukti membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih akurat di berbagai liga top dunia. Dengan adanya VAR, kesalahan wasit diharapkan bisa diminimalisir, memberikan keputusan yang lebih adil dan akurat dalam pertandingan. Namun, ada kekhawatiran bahwa keberadaan teknologi ini belum tentu mampu menghilangkan praktek kecurangan yang kerap terjadi dalam perwasitan di Indonesia.

Selain VAR, PSSI juga memperkenalkan sistem evaluasi wasit baru yang diberi nama Refer System. Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI, Yoshimi Ogawa, menjelaskan bahwa sistem ini dirancang oleh Departemen Perwasitan PSSI untuk membantu penilai wasit dan wasit itu sendiri dalam menjalankan tugasnya. Sistem ini mirip dengan yang digunakan di liga-liga top dunia, seperti Premier League Inggris, dan diharapkan bisa meningkatkan kualitas dan akuntabilitas wasit di Indonesia.

BACA JUGA:Persiapan Persib Bandung Menuju Liga 1 2024/2025 dan AFC Champions League 2: Kepastian Jadwal Piala Presiden

BACA JUGA:Tambahan Striker Timnas Indonesia Kualifikasi Piala Dunia 2026 , Pemain Keturunan Timnas B di Piala AFF ?

Meski demikian, permasalahan wasit di Indonesia sering kali bukan terletak pada kemampuan teknis, tetapi pada mentalitas dan profesionalisme. Banyak yang percaya bahwa wasit Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan yang setara dengan wasit di negara-negara lain. Namun, godaan materi dan kurangnya profesionalisme sering kali membuat mereka mudah tergoda untuk berbuat curang. Hal ini diperburuk dengan fakta bahwa banyak pengurus PSSI yang juga memiliki klub, baik di Liga 1, 2, maupun 3, sehingga menimbulkan potensi konflik kepentingan yang besar.

Dalam konteks ini, pertanyaan yang muncul adalah apakah VAR dan Refer System bisa benar-benar mengatasi masalah mendasar ini. Operator VAR tetaplah manusia yang bisa saja terpengaruh oleh tekanan atau godaan materi. Oleh karena itu, solusi untuk meningkatkan kualitas kinerja wasit di Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada teknologi dan sistem evaluasi semata.

Ada dua langkah utama yang perlu diambil untuk memperbaiki perwasitan di Indonesia. Pertama, PSSI harus memastikan bahwa tidak ada lagi pengurus yang merangkap sebagai pemilik klub. Konflik kepentingan ini harus dihilangkan untuk memastikan bahwa wasit bisa menjalankan tugasnya dengan netral dan bebas dari tekanan.

BACA JUGA:Liga 1 Musim 2024/2025 : Dari JIS hingga Pakansari, Perubahan Homebase dan Keberlanjutan Karir Abimanyu

BACA JUGA:Persija Jakarta Lakukan Perombakan di Liga 1 2024/2025: Mohamad Prapanca dan Bambang Pamungkas Jadi Andalan

Kedua, sistem rekrutmen wasit harus diperbaiki. Proses rekrutmen yang transparan dan akuntabel sangat penting untuk memastikan bahwa hanya wasit-wasit yang benar-benar kompeten dan berintegritas yang bisa bertugas di liga. Selain itu, pendidikan dan pelatihan untuk wasit juga harus ditingkatkan, tidak hanya dalam hal kemampuan teknis tetapi juga dalam hal etika dan profesionalisme.

Dengan menghilangkan konflik kepentingan dan memperbaiki sistem rekrutmen, diharapkan mentalitas wasit Indonesia bisa berubah menjadi lebih profesional. Dengan demikian, keberadaan VAR dan Refer System bisa benar-benar efektif dalam meningkatkan kualitas perwasitan di Indonesia.

Penerapan teknologi dan sistem baru ini memang merupakan langkah positif yang patut diapresiasi. Namun, tanpa perubahan mendasar dalam struktur dan mentalitas, masalah perwasitan di Indonesia akan sulit untuk benar-benar diatasi. PSSI harus berani mengambil langkah-langkah yang lebih drastis dan mendasar untuk memastikan bahwa sepak bola Indonesia bisa berkembang dengan integritas dan profesionalisme yang tinggi.***

Kategori :