Pengunduran diri Airlangga Hartarto yang tiba-tiba ini telah memicu spekulasi luas mengenai stabilitas internal Partai Golkar.
Sebagai informasi, Airlangga Hartarto seharusnya masih menjabat hingga Munas Golkar pada Desember 2024.
Namun, tekanan dari berbagai pihak tampaknya memaksanya untuk mengambil langkah drastis ini.
BACA JUGA:Pilkada Serentak 2024: Pasangan HAPAL Dapat Dukungan PKB dan MataHati Resmi Didukung Partai Golkar
Plt Ketua Umum Golkar pengganti Airlangga akan diputuskan dalam rapat pleno yang dijadwalkan pada Selasa, 13 Agustus 2024. Keputusan ini akan menjadi penentu arah Partai Golkar menjelang Pemilihan Umum 2024.
Luhut Binsar Pandjaitan, salah satu tokoh senior Golkar, turut memberikan komentar terkait isu Munaslub yang mencuat.
Ia mempertanyakan apa yang menjadi alasan kuat di balik dorongan untuk mengganti Airlangga Hartarto.
"Apa yang salah dengan Ketua Umum (Partai Golkar) Airlangga Hartarto? Saya di kabinet sama-sama dengan dia dan dia melaksanakan tugasnya dengan baik. Dan menurut saya, Golkar dalam kepemimpinan dia itu juga mencapai prestasi yang cukup baik," ujar Luhut dalam sebuah pernyataan.
BACA JUGA:Ardani Bersama Ketua Tim Pemenangan AW Noviadi Kembalikan Berkas Formulir Calon di Partai Golkar
Analisis Pengamat Politik: Konflik Internal dan Faktor Pilkada
Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic), Khoirul Umam, mengungkapkan bahwa keputusan mundurnya Airlangga Hartarto tidak dapat dilepaskan dari konflik internal di dalam tubuh Partai Golkar.
Menurutnya, Golkar selama ini diisi oleh berbagai faksi dengan kepentingan politik dan ekonomi yang berbeda-beda.
"Faksi-faksi kekuatan di internal Golkar memiliki agenda kepentingan ekonomi-politik yang beragam. Ada yang mencoba untuk mempertahankan kedaulatan politik partai dari intervensi eksternal, ada pula yang mencoba bersimbiosis dengan kekuatan eksternal yang dekat dengan kekuasaan, untuk mempengaruhi dan mengendalikan keputusan politik strategis Partai Golkar," kata Khoirul Umam dalam keterangannya, Minggu, 11 Agustus 2024.
Khoirul Umam juga menyebut bahwa benturan faksi-faksi dalam Golkar mulai terlihat saat partai ini menentukan arah koalisi Pilpres.