Beberapa pengamat menilai bahwa kepemimpinan Hartarto mengalami kemunduran akibat keputusan-keputusan politik yang dinilai tidak sesuai dengan aspirasi partai.
Salah satu keputusan yang paling mendapat sorotan adalah dukungannya terhadap Bobby Nasution, menantu Jokowi, dalam Pilgub Sumatera Utara.
"Airlangga terkesan lebih mengikuti kehendak Jokowi dan Prabowo. Indikasi itu terlihat dalam Pilgub Sumatera Utara, di mana Airlangga begitu bersemangat mengusung Bobby Nasution," kata Jamiluddin dalam sebuah pernyataan di Jakarta.
BACA JUGA:Airlangga Hartarto Mundur dari Ketua Umum Golkar: Spekulasi, Tekanan, dan Implikasi Politik
Selain itu, Jamiluddin juga menyoroti langkah-langkah Hartarto yang dianggap tidak strategis, seperti pengusungan Kaesang Pangarep, putra bungsu Jokowi, sebagai calon dalam Pilkada Jakarta.
Kontroversi Keputusan Politik Hartarto
Keputusan politik Hartarto dalam beberapa pilkada terakhir juga menjadi sorotan.
Di Jawa Barat, misalnya, Hartarto memutuskan untuk mengusung Dedi Mulyadi sebagai calon, meskipun elektabilitasnya jauh di bawah Ridwan Kamil yang merupakan kader Golkar.
Hal ini dianggap sebagai blunder besar yang mencoreng citra Hartarto di mata kader dan pengamat politik.
BACA JUGA:Airlangga Hartarto Mundur dari Ketum Golkar: Kahar Muzakir Sah Jadi Plt Ketua Umum Partai Beringin
"Di Jawa Barat, Airlangga mengorbankan kadernya Ridwan Kamil dengan mengusung Dedi Mulyadi yang bukan kadernya. Celakanya, Airlangga mengusung Dedi yang elektabilitasnya jauh di bawah Ridwan Kamil," lanjut Jamiluddin.
Keputusan-keputusan semacam ini menambah daftar panjang kritik terhadap kepemimpinan Hartarto yang dianggap tidak konsisten dan tidak mempertimbangkan kepentingan internal partai.
Reaksi Terhadap Mundurnya Airlangga Hartarto
Dengan mundurnya Airlangga, muncul spekulasi mengenai siapa yang akan menggantikan posisinya.