Dengan modal yang cukup, perusahaan diharapkan mampu menjalankan operasional secara efektif dan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada nasabah.
Sebaliknya, perusahaan yang modalnya minim lebih rentan terhadap fluktuasi ekonomi dan risiko kredit, yang pada akhirnya dapat merugikan konsumen.
Oleh karena itu, OJK sangat tegas dalam mendorong perusahaan untuk segera memenuhi kewajiban modal ini.
Selain risiko pencabutan izin, perusahaan yang gagal memenuhi modal minimum juga akan menghadapi kesulitan dalam menarik kepercayaan dari konsumen dan mitra bisnis.
Dalam industri keuangan, kepercayaan adalah kunci. Jika perusahaan tidak memiliki modal yang cukup, kredibilitasnya di mata konsumen dan mitra bisnis akan menurun, sehingga mereka akan lebih memilih untuk bekerja sama dengan perusahaan yang memiliki permodalan lebih kuat.
Upaya Pemenuhan Modal di Tengah Moratorium Izin Baru
Di tengah tantangan pemenuhan modal minimum, OJK juga telah memberlakukan moratorium terhadap penerbitan izin usaha baru bagi perusahaan multifinance.
Kebijakan ini dilakukan sebagai langkah untuk menjaga stabilitas industri dan memastikan bahwa perusahaan yang beroperasi memiliki kapasitas finansial yang cukup.
Dengan moratorium tersebut, perusahaan yang sudah ada diharapkan untuk lebih fokus pada pemenuhan standar yang telah ditetapkan oleh OJK, termasuk kewajiban modal minimum.
Agusman menegaskan bahwa kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas industri multifinance di Indonesia, bukan hanya dari sisi kuantitas, tetapi juga dari sisi keberlanjutan bisnis jangka panjang.