"Kapasitas kepemimpinan Toha masih dipertanyakan. Selain itu, rekam jejak dan latar belakang pendidikannya tidak memberikan keyakinan yang kuat bahwa ia mampu mengelola Muba dengan baik," tambahnya.
BACA JUGA:Cegah Gangguan Kamtib, Lapas Sekayu Rutin Lakukan Deteksi Dini
BACA JUGA:Target 3 Point lebih Peningkatan Penilaian Indikator SPBE Tahun 2024
Menurut Haekal, masyarakat Muba menginginkan pemimpin yang berintegritas dan memiliki visi jelas.
"Lucianty berada di posisi yang lebih menguntungkan karena ia berhasil menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat, seperti pemberdayaan ekonomi dan kemiskinan. Sementara Toha-Rohman, yang diduga menggunakan cara-cara instan untuk mendulang dukungan, dinilai kurang mampu menghadirkan program yang konkret," jelas Haekal.
Bahkan dalam beberapa waktu ke belakang, sentimen negatif terhadap Toha juga diungkapkan oleh pengamat Bagindo Togar setelah Bawaslu Muba menerima tiga laporan atas dugaan kampanye negatif dan money politic yang diduga dilakukan oleh paslon nomor urut 2 di Pilkada Muba ini.
"Faktor ini bermuara dengan rendahnya dukungan elektoral serta rendahnya tingkat elektabilitas, sehingga tak ragu menabrak aturan," ujar Bagindo.
Lebih jauh, jika terbukti pelanggaran yang dilakukan oleh Toha menurut Bagindo bisa berujung pada pembatalan pasangan calon.
Oleh sebab itu, Bagindo menilai sisa satu bulan jelang pemilihan, posisi Lucianty akan semakin sulit dikejar oleh Toha jika pihaknya tidak melakukan evaluasi dan perbaikan dari cara dan gaya berkampanye.
Masyarakat, lanjut Bagindo semakin cerdas memilih dan tahu mana yang terbaik.
"Kalau posisi ini bertahan sampai akhir, Lucianty bisa dipastikan menjadi pilihan utama masyarakat. Sebab kampanye negatif (Toha) semakin memperkuat keraguan masyarakat, akan kemampuannya dan kapailitasnya dalam memimpin," jelas Bagindo.