Bagi Dhito, kemenangan ini merupakan pencapaian kedua sebagai Bupati Kediri setelah sebelumnya menang pada Pilkada 2020.
BACA JUGA:Pilkada Jakarta 2024: Pramono Anung-Rano Karno Klaim Kemenangan Satu Putaran
BACA JUGA:Anggota DPR RI Ingatkan MK untuk Profesional dalam Tangani Gugatan Pilkada 2024
Kepercayaan masyarakat yang berulang kali diberikan kepada Dhito menjadi bukti keberhasilan program-programnya selama periode pertama.
Dalam pidatonya usai pengumuman hasil Pilkada, Dhito menyatakan komitmennya untuk melanjutkan pembangunan di Kediri.
“Kemenangan ini adalah kemenangan masyarakat Kediri. Kami berkomitmen untuk terus melayani dan membangun daerah ini demi masa depan yang lebih baik,” ujarnya.
Pramono dan Dhito: Kisah Dua Pemimpin yang Pernah Menolak Maju Pilkada
Uniknya, baik Pramono maupun Dhito sama-sama mengaku sempat menolak untuk maju dalam kontestasi Pilkada.
BACA JUGA:Gugatan Pilkada di Sumsel Melonjak: 11 Gugatan dari 9 Daerah Masuk ke MK
BACA JUGA:8 Gugatan Pilkada di Sumsel Masuk MK: Empat Lawang dan Pagaralam Sumbang Dua Gugatan
Pramono mengungkapkan bahwa ketika Dhito pertama kali diminta untuk maju sebagai Bupati Kediri pada 2020, ia sempat menolak.
“Dia bilang, ‘Enggak, Tante, saya nggak mau.’ Tapi waktu itu Bu Mega (Megawati Soekarnoputri) yang meminta langsung, sehingga akhirnya dia mau maju,” ungkap Pramono dalam sebuah wawancara di Jakarta Selatan pekan lalu.
Hal serupa dialami Pramono ketika diminta oleh PDI Perjuangan untuk maju di Pilkada Jakarta.
Ia menyebut bahwa keputusan tersebut diambil setelah berdiskusi panjang dengan keluarganya, termasuk Dhito.
BACA JUGA:Tingkatkan Patroli Pasca Pilkada Serentak 2024
BACA JUGA:Sah! Pilkada Jakarta 2024 Satu Putaran: Pramono Anung-Rano Karno Raih 50,06% Suara
“Saya ini kan sudah empat kali menjadi anggota DPR RI, tapi belum pernah mencoba ranah eksekutif. Jadi, pengalaman Dhito sebagai eksekutif lebih dahulu membuat saya sering berdiskusi dengannya,” kata Pramono.