Pemerintah China berencana menerbitkan obligasi negara sebesar 3 triliun yuan pada tahun 2025.
BACA JUGA:Perhatikan Hal Berikut Agar Budidaya Ikan Nila Tidak Gagal
BACA JUGA:Panduan Lengkap Budidaya Ikan Nila: Mudah, Murah, dan Menguntungkan
Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan stimulus fiskal guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang tertekan akibat krisis properti dan permintaan domestik yang lemah.
Dana dari obligasi ini akan digunakan untuk program subsidi, investasi di sektor inovatif, dan mendukung konsumsi masyarakat.
Selain itu, Kementerian Keuangan China juga berjanji untuk meningkatkan belanja fiskal dan mempercepat penggunaan dana untuk mencapai stabilitas ekonomi.
Domestic Highlights
Perkembangan dari pasar saham domestik pada akhir pekan lalu (3/1) menunjukkan IHSG ditutup menguat sebesar 1,19% (wow) ke posisi 7.164,43 dari penutupan pekan sebelumnya (31/12) pada level 7.079,91.
Rata-rata nilai transaksi harian sepanjang pekan lalu turun dibandingkan pekan sebelumnya, yakni menjadi Rp8,41 triliun dari sebelumnya Rp12,39 triliun.
Dengan demikian, rata-rata nilai transaksi harian sejak awal tahun senilai Rp8,41 triliun.
Sementara itu, sepanjang pekan lalu investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp817,08 triliun.
Secara akumulatif, investor asing membukukan net sell senilai Rp817,08 triliun sejak awal tahun. Rupiah berdasarkan kurs Bloomberg terdepresiasi ke level Rp16.190/USD dari sebelumnya sebesar Rp16.102/USD.
Adapun sektor technology, basic materials, dan energy mencatatkan kenaikan paling besar pada tren penguatan IHSG sepanjang pekan lalu.
Beberapa informasi ekonomi penting selama sepekan kemarin antara lain:
Pemerintah resmi menaikkan tarif PPN menjadi 12% untuk barang mewah pada 1 Januari 2025.
Sebagai informasi, kenaikan ini hanya berlaku untuk barang-barang yang saat ini dikenakan tarif PPnBM sebagaimana tertuang dalam PMK Nomor 15 Tahun 2023.