Setiap daerah memiliki cara dan resep berbeda dalam membuat kue ijo, meskipun bahan utamanya tetap sama.
Ada yang menambahkan isian kelapa parut dalam bentuk gulali, ada juga yang menyajikannya dalam ukuran lebih kecil untuk memudahkan konsumen menikmatinya saat sedang berjalan-jalan di pasar.
Selain itu, kue ijo juga populer di berbagai komunitas etnis di Indonesia.
Sebagai contoh, di Kalimantan Selatan, kue ijo sering disajikan pada acara makan bersama setelah upacara pernikahan atau dalam acara keluarga lainnya.
Keberagaman cara penyajian dan variasi dalam resep membuat kue ijo semakin menggugah selera, menjadikannya makanan yang tak hanya lezat tetapi juga kaya akan makna budaya.
Kue Ijo dan Kesehatan
Meskipun kue ijo menggunakan bahan dasar ketan yang dikenal tinggi karbohidrat, makanan ini dapat dinikmati dalam porsi yang tepat, apalagi bagi mereka yang membutuhkan asupan energi yang lebih tinggi.
Gula kelapa yang digunakan dalam kue ijo juga merupakan alternatif yang lebih alami dibandingkan dengan gula pasir.
Gula kelapa mengandung mineral yang baik bagi tubuh seperti kalium, zat besi, dan magnesium.
Namun, seperti halnya makanan manis lainnya, tetap perlu diingat untuk mengonsumsinya dalam jumlah yang moderat.
Selain itu, kelapa parut yang digunakan dalam kue ijo mengandung serat yang baik untuk pencernaan.
Rasa gurih yang dihasilkan oleh kelapa parut memberi keseimbangan rasa dengan adonan ketan yang manis, menjadikan kue ini bukan hanya nikmat tetapi juga memberikan manfaat kesehatan jika dikonsumsi dengan bijak.
Kue Ijo dalam Era Modern
Di tengah tren makanan modern dan globalisasi kuliner, kue ijo tetap memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia.
Beberapa pengusaha kuliner kini berinovasi dengan menciptakan variasi kue ijo, seperti kue ijo isi durian, kue ijo dengan lapisan cokelat, hingga kue ijo yang lebih modern dengan tampilan lebih menarik.
Walaupun demikian, meskipun ada berbagai inovasi, cita rasa klasik kue ijo tetap menjadi pilihan utama bagi banyak orang.