Jangan bayangkan mobil listrik yang kecil dan lambat. Selo adalah mobil sport dua pintu dengan tampilan agresif, warna mencolok, dan pintu bergaya gunting layaknya Lamborghini.
Bagian depannya tajam dan gagah, sementara bagian belakangnya ramping namun elegan.
Sekilas, ia tidak kalah dengan supercar Eropa.
Namun yang paling membanggakan, jantung penggeraknya adalah motor listrik buatan anak bangsa sendiri.
Ditenagai baterai lithium-ion, Selo mampu menempuh jarak hingga 150 km dalam satu kali pengisian daya.
Kecepatan maksimalnya bisa menyentuh 140 km/jam—angka yang mengesankan untuk prototipe mobil listrik lokal pada dekade itu.
Sempat Mencuri Perhatian Dunia
Selo bukan proyek main-main. Ia sempat dibawa keliling dalam berbagai pameran teknologi dan otomotif, menarik perhatian media dalam dan luar negeri.
Banyak yang tak percaya mobil ini buatan Indonesia.
Di saat dunia masih mulai berbicara soal kendaraan listrik, Indonesia sudah punya mobil listrik sportnya sendiri. "Ini mimpi yang jadi nyata," kata Dahlan Iskan dalam sebuah wawancara.
Bahkan, rencana untuk memproduksi Selo secara massal sempat disusun dengan menggandeng mitra industri.
Tapi, seperti banyak mimpi besar lainnya—tantangan pun datang bertubi-tubi.
Terhenti Sebelum Melaju Jauh
Meskipun semangat dan karya anak bangsa sudah di depan mata, Selo justru harus berhenti melaju karena satu hal: regulasi yang belum siap.