Sekolah-sekolah dan sanggar seni juga mulai mengajarkan anak-anak tentang pentingnya menjaga warisan kuliner.
“Kalau kita tidak kenalkan dari sekarang, bisa-bisa 10 tahun lagi anak-anak kita hanya kenal croffle dan bubble tea,” ujar Dian Kusuma, ketua komunitas Kuliner Kita, yang aktif mempromosikan makanan tradisional di media sosial.
Di tengah derasnya modernisasi, putu piring hadir sebagai simbol perlawanan kecil dari budaya kuliner tradisional.
Keharuman pandan, manisnya gula merah, dan gurihnya kelapa parut bukan sekadar perpaduan rasa, tapi juga jejak sejarah dan warisan leluhur.
Sudah saatnya kita, sebagai generasi penerus, tidak hanya menjadi penikmat tapi juga penjaga cita rasa bangsa.*