PALPOS.ID – Di tengah ragam kuliner Indonesia yang kaya rasa dan budaya, satu hidangan tetap menjadi primadona lintas generasi dan kelas sosial: mie goreng.
Hidangan sederhana berbahan dasar mi yang ditumis bersama bumbu dan pelengkap ini tak hanya menggugah selera, tetapi juga menyimpan cerita panjang dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Mie goreng sudah menjadi bagian dari menu sehari-hari masyarakat Indonesia sejak puluhan tahun silam.
Di warung pinggir jalan, kantin sekolah, hingga restoran bintang lima, mie goreng selalu punya tempat istimewa.
BACA JUGA:Tahu Jeletot, Cemilan Pedas Yang Meledak Di Pasar Kuliner Indonesia
BACA JUGA:Ceker Mercon: Kuliner Pedas yang Membakar Lidah dan Menggoyang Selera
Rasanya yang gurih dan fleksibilitas dalam penyajian membuatnya bisa dinikmati kapan saja—pagi, siang, maupun malam.
Menurut sejarawan kuliner, mie goreng merupakan hasil akulturasi budaya Tionghoa yang telah mengalami penyesuaian dengan cita rasa lokal.
“Awalnya mie goreng adalah bentuk adaptasi dari 'chow mein'—hidangan mi goreng khas Tiongkok.
Namun, di Indonesia, mie goreng berkembang dengan karakter yang khas, seperti penggunaan kecap manis, bawang merah, dan kadang ditambah cabai rawit,” ujar William Wibowo, peneliti makanan Nusantara.
BACA JUGA:Mie Aceh : Keunikan dan Kelezatan Hidangan Khas Aceh yang Mendunia
BACA JUGA:Dendeng Baldo : Cita Rasa Otentik Minang yang Mendunia
Mie goreng pertama kali populer di kota-kota besar seperti Jakarta, Medan, dan Surabaya, yang memiliki komunitas Tionghoa cukup besar.
Seiring waktu, varian lokal mulai bermunculan, dari Aceh hingga Papua, masing-masing dengan cita rasa unik yang mencerminkan budaya setempat.
Salah satu daya tarik utama mie goreng adalah fleksibilitasnya.