Gatang Kenari, Kuliner Tradisional Maluku yang Semakin Diburu Wisatawan

Senin 07-07-2025,10:33 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID — Di tengah gempuran makanan modern dan cepat saji, kuliner tradisional dari berbagai daerah di Indonesia terus menunjukkan eksistensinya.

Salah satu yang kini mulai mendapat sorotan adalah Gatang Kenari, sajian khas Maluku yang terbuat dari daging kepiting (gatang) yang dimasak dengan bumbu kenari.

Perpaduan rasa gurih, manis, dan legit dari kacang kenari menciptakan cita rasa otentik yang tak ditemukan pada kuliner lain di Nusantara.

 

Gatang Kenari merupakan warisan kuliner masyarakat pesisir di Maluku, terutama di Pulau Seram dan sekitarnya.

BACA JUGA:Nasi Subut, Warisan Kuliner Gorontalo yang Sarat Makna Budaya

BACA JUGA:Sagu Lempeng : Warisan Kuliner Nusantara yang Kembali Dilirik di Tengah Tren Makanan Sehat

Dalam bahasa setempat, "gatang" berarti kepiting, dan "kenari" mengacu pada kacang kenari, jenis kacang khas dari daerah timur Indonesia yang dikenal memiliki aroma kuat dan rasa gurih manis.

 

“Dari dulu, kenari memang jadi bahan utama dalam banyak masakan tradisional.

Tapi Gatang Kenari ini unik karena pakai kepiting segar dari laut yang langsung dimasak dengan bumbu kenari tumbuk,” jelas Mama Lince, seorang ibu rumah tangga sekaligus pengusaha kuliner rumahan di Ambon yang telah menjual Gatang Kenari selama lebih dari 10 tahun.

 

Proses pembuatan Gatang Kenari tidak bisa sembarangan. Kepiting yang digunakan biasanya adalah kepiting bakau atau rajungan segar.

BACA JUGA:Lumpia Udang : Sajian Lezat yang Menggugah Selera

BACA JUGA:Dadar Gulung, Kue Tradisional Hijau yang Terus Eksis di Tengah Gempuran Kuliner Modern

Setelah dibersihkan dan dipotong, kepiting kemudian dimasak bersama bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, kunyit, dan tentunya kenari yang telah ditumbuk halus.

Semua bahan ditumis hingga harum, lalu ditambahkan santan kental untuk memperkaya rasa.

 

“Kenari ini jadi kunci utama rasa. Harus ditumbuk sampai keluar minyaknya, baru dicampur bumbu. Kalau asal-asalan, rasanya tidak akan keluar,” tambah Mama Lince.

 

Masakan ini dimasak perlahan dengan api kecil agar bumbu meresap sempurna ke dalam daging kepiting.

BACA JUGA:Kue Pancong, Jajanan Tradisional yang Kembali Naik Daun di Tengah Gempuran Kuliner Modern

BACA JUGA:Kue Cubit, Jajanan Jadul yang Kembali Naik Daun di Tengah Tren Kuliner Modern

Teksturnya yang lembut dan rasanya yang kaya membuat Gatang Kenari menjadi hidangan istimewa, terutama saat acara keluarga, perayaan hari besar, atau jamuan tamu penting.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, Gatang Kenari mulai menarik perhatian wisatawan lokal dan mancanegara.

Banyak pengunjung yang datang ke Ambon tidak hanya untuk menikmati keindahan pantainya, tetapi juga untuk mencicipi makanan khas seperti papeda, ikan kuah kuning, hingga Gatang Kenari.

 

“Awalnya saya tidak tahu tentang Gatang Kenari.

Tapi setelah mencobanya di rumah makan lokal, rasanya luar biasa! Bumbu kenarinya begitu kaya,” ujar Thomas, wisatawan asal Jerman yang mengunjungi Maluku pada Juni lalu.

 

Beberapa restoran di Ambon dan Pulau Seram bahkan menjadikan Gatang Kenari sebagai menu andalan.

Salah satunya adalah Rumah Makan Tuni, yang dikenal sebagai tempat favorit untuk menyantap kuliner khas Maluku.

Mereka menyajikan Gatang Kenari dalam porsi keluarga lengkap dengan papeda atau nasi panas, dan sambal colo-colo sebagai pelengkap.

 

Tak hanya sebagai hidangan lezat, Gatang Kenari juga punya nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Harga satu porsi bisa mencapai Rp75.000 hingga Rp150.000 tergantung ukuran kepiting dan jumlah porsi.

Ini memberikan peluang usaha bagi masyarakat lokal, baik dalam penyediaan bahan baku seperti kenari dan kepiting, maupun dalam pengolahan dan pemasaran kuliner.

 

Pemerintah daerah Maluku juga mulai melirik potensi ini.

Beberapa program pelatihan dan promosi kuliner tradisional telah digelar, termasuk memperkenalkan Gatang Kenari dalam ajang pameran kuliner nasional dan festival budaya.

 

“Gatang Kenari adalah kekayaan kuliner yang harus kita lestarikan.

Ini bukan hanya soal makanan, tapi juga identitas budaya kita sebagai masyarakat maritim,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Yohanis Latupapua, dalam Festival Pesona Maluku 2024 lalu.

 

Meski populer, pelestarian Gatang Kenari tak lepas dari tantangan.

Ketersediaan kenari yang fluktuatif, terutama saat musim panen tidak stabil, membuat harga bahan baku bisa melonjak.

Selain itu, generasi muda yang kurang tertarik untuk belajar memasak masakan tradisional juga menjadi ancaman bagi kelangsungan kuliner ini.

 

Untuk itu, beberapa komunitas kuliner di Ambon berinisiatif membuat workshop dan kelas memasak Gatang Kenari bagi anak-anak muda dan pelaku UMKM.

Harapannya, warisan rasa ini tetap hidup dan bisa terus dinikmati lintas generasi.

 

 

 

 

 

Gatang Kenari bukan sekadar masakan. Ia adalah cerita tentang laut, kenari, dan warisan budaya Maluku yang melekat kuat di setiap gigitan.

Bagi siapa pun yang berkunjung ke Ambon, mencicipi Gatang Kenari bukan hanya pengalaman kuliner, tetapi juga perjalanan rasa yang membawa kita menyelami kekayaan alam dan budaya timur Indonesia.

Kategori :