Panada : Kuliner Khas Manado Yang Semakin Di Gemari Di Seluruh Nusantara

Jumat 08-08-2025,10:27 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID - Panada, kudapan tradisional khas Manado, Sulawesi Utara, semakin dikenal luas di berbagai daerah Indonesia.

Dengan bentuk menyerupai pastel namun memiliki cita rasa yang unik dan isian khas berupa ikan cakalang yang dimasak rica-rica, panada telah menjadi simbol kelezatan kuliner Indonesia Timur.

 

Panada merupakan hasil akulturasi budaya antara masyarakat Sulawesi Utara dengan pengaruh Portugis dan Spanyol yang pernah singgah di kawasan Indonesia Timur pada abad ke-16.

Nama “panada” sendiri diyakini berasal dari kata Spanyol “empanada”, sejenis roti isi yang populer di negara-negara berbahasa Spanyol dan Portugis.

BACA JUGA:Kue Lumpur : Kelezatan Tradisional yang Tetap Relevan di Tengah Modernitas

BACA JUGA:Kue Sus Buah, Inovasi Segar yang Kian Digemari Pecinta Kuliner Tanah Air

 

Namun, masyarakat Manado telah mengadaptasi empanada menjadi hidangan khas dengan sentuhan lokal.

Alih-alih menggunakan daging cincang atau keju, panada diisi dengan ikan cakalang suwir yang dimasak bersama cabai, bawang, daun jeruk, dan rempah-rempah khas Minahasa.

Adonan rotinya pun lebih padat dan bertekstur seperti roti goreng, bukan kulit pastel yang renyah.

 

Proses pembuatan panada membutuhkan ketelitian dan ketekunan.

BACA JUGA:Kue Pancong : Cita Rasa Tradisional yang Tak Lekang oleh Waktu

BACA JUGA:Lepet : Pangan Tradisional Nusantara Yang Mulai Kembali Dilirik Generasi Muda

Pertama, ikan cakalang direbus dan disuwir, kemudian dimasak bersama bumbu rica yang pedas, gurih, dan wangi. Sementara itu, adonan roti dibuat dari tepung terigu, ragi, telur, mentega, dan air.

Adonan ini kemudian diuleni hingga kalis dan dibiarkan mengembang selama beberapa jam.

 

Setelah adonan siap, ia dibagi menjadi bulatan-bulatan kecil, diisi dengan tumisan ikan cakalang, lalu dibentuk seperti pastel.

Proses terakhir adalah menggoreng panada dalam minyak panas hingga berwarna keemasan. Hasilnya adalah camilan dengan kulit empuk dan kenyal, serta isian yang kaya rasa.

BACA JUGA:Kue Mendut : Kelezatan Tradisional yang Terus Dijaga di Tengah Arus Modernisasi

BACA JUGA:Nagasari Pisang, Jajanan Tradisional yang Tetap Lestari di Tengah Gempuran Makanan Modern

 

Dalam beberapa tahun terakhir, panada mulai mengalami banyak inovasi.

Di berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya, panada mulai ditampilkan dalam varian modern yang lebih beragam.

Tak hanya berisi cakalang, kini panada hadir dengan isian ayam pedas, tuna mayo, bahkan daging sapi lada hitam.

 

“Panada kami buat dengan sentuhan modern, tapi tetap mempertahankan rasa autentik khas Manado,” ujar Ivonne Warouw, pemilik toko roti “PanadaKu” di Jakarta Selatan.

“Kami juga membuat versi panggang untuk pelanggan yang lebih sadar kesehatan.”

 

Inovasi ini mendapat respons positif, terutama dari kalangan milenial dan generasi Z yang tertarik dengan kuliner etnik namun tetap terbuka terhadap variasi rasa.

 

Dengan popularitas yang terus meningkat, panada juga menjadi sumber penghidupan bagi banyak pelaku UMKM di Sulawesi Utara.

Di kota Manado, ratusan usaha rumahan memproduksi panada setiap hari untuk dijual di pasar, warung, bahkan melalui platform digital.

 

Salah satu pelaku usaha, Nona Tampi, mengatakan bahwa penjualan panada sangat membantu ekonomi keluarganya.

“Sehari bisa habis 300 biji panada. Sekarang sudah ada pesanan rutin dari toko oleh-oleh di luar daerah,” ungkapnya.

 

Pemerintah daerah pun mulai mendorong promosi panada sebagai salah satu ikon kuliner Sulawesi Utara.

Dalam beberapa festival seperti “Festival Pesona Bunaken” dan “Manado Culinary Week”, panada selalu menjadi menu utama yang diburu wisatawan.

 

Meski memiliki potensi besar, pelestarian panada juga menghadapi tantangan.

Salah satunya adalah keterbatasan bahan baku seperti ikan cakalang yang kadang sulit didapat di luar Sulawesi.

Selain itu, masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mengenal panada karena keterbatasan distribusi dan promosi.

 

Pemerhati kuliner Nusantara, William Wongso, menyebut panada sebagai salah satu “mutiara tersembunyi” kuliner Indonesia.

“Panada punya potensi besar untuk menjadi camilan nasional seperti pastel atau risoles, asal ada promosi yang tepat dan konsistensi rasa dijaga,” ujarnya.

 

Di era digital saat ini, media sosial dan aplikasi pemesanan makanan menjadi kunci penting untuk memperluas jangkauan panada.

Beberapa kreator konten makanan bahkan telah memviralkan panada melalui video singkat di TikTok dan Instagram, yang turut membantu menarik perhatian generasi muda.

 

Panada bukan hanya sekadar camilan, tapi juga warisan budaya yang mencerminkan perpaduan sejarah, kearifan lokal, dan cita rasa Indonesia Timur.

Dengan semakin banyaknya masyarakat yang mencicipi dan mengenal panada, harapan akan lestarinya kuliner ini di masa depan pun kian besar.

 

 

 

 

 

Sebagai kuliner yang kaya rasa, bergizi, dan sarat nilai budaya, panada pantas mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia—dan bahkan dunia.

Kategori :