“Kami ingin membawa tahu aci ke level yang lebih tinggi tanpa menghilangkan cita rasa aslinya.
Sekarang tahu aci bukan hanya makanan kaki lima, tapi bisa masuk kafe atau restoran,” kata Oci Nugroho, pendiri Tahu Aci Kang Oci.
Meski popularitas Tahu Aci terus meningkat, para pelaku usaha menghadapi sejumlah tantangan, terutama terkait daya saing harga dan kualitas bahan baku.
Harga tepung tapioka dan tahu mentah yang fluktuatif sering menjadi kendala dalam menjaga konsistensi produksi.
Selain itu, untuk bisa masuk ke pasar ekspor, pengusaha harus memperhatikan standar keamanan pangan dan pengemasan yang sesuai.
Namun, dengan meningkatnya tren makanan beku (frozen food), peluang Tahu Aci untuk menjangkau pasar internasional semakin terbuka lebar.
“Kami sudah pernah mengirimkan tahu aci beku ke beberapa komunitas diaspora Indonesia di Singapura dan Hong Kong. Responsnya sangat bagus.
Mereka rindu rasa kampung halaman,” ujar Dini Kartika, eksportir produk makanan rumahan asal Semarang.
Pemerintah daerah Tegal melalui Dinas Koperasi dan UKM juga turut mendukung perkembangan usaha tahu aci.
Program pelatihan, sertifikasi halal, serta promosi melalui festival kuliner rutin dilakukan untuk mendongkrak potensi produk lokal.