Sosis Solo, Kuliner Legendaris dari Kota Bengawan yang Terus Eksis di Tengah Zaman

Sabtu 16-08-2025,08:54 WIB
Reporter : Dahlia
Editor : Rhyca

PALPOS.ID – Siapa yang tak kenal Sosis Solo? Makanan ringan berbentuk lonjong ini memang sekilas mirip dengan lumpia, namun punya cita rasa khas yang membedakannya.

Berasal dari Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan sebutan Solo, sosis tradisional ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kekayaan kuliner Jawa Tengah.

 

Berbeda dengan sosis pada umumnya yang berbahan dasar daging cincang yang dibungkus dengan usus atau casing, Sosis Solo justru menggunakan kulit dadar tipis sebagai pembungkus isinya.

Isian tersebut biasanya berupa tumisan daging ayam atau sapi cincang yang dibumbui rempah-rempah khas Jawa.

BACA JUGA:Tahu Aci : Camilan Khas Tegal yang Kini Mendunia

BACA JUGA:Kroket Kentang Isi Ayam, Camilan Klasik yang Kian Populer di Tengah Tren Kuliner Modern

Setelah digulung, sosis ini digoreng hingga kulitnya kecoklatan dan renyah di luar, namun tetap lembut di dalam.

 

 

Meskipun bernama “sosis”, makanan ini sama sekali tidak berasal dari Eropa atau negara Barat.

Nama “sosis” kemungkinan besar diambil dari bentuknya yang menyerupai sosis pada umumnya.

Sosis Solo diperkirakan mulai populer pada era 1940-an hingga 1950-an, ketika pengaruh budaya Belanda masih cukup kuat di Indonesia, termasuk dalam hal makanan.

BACA JUGA:Inovasi Kuliner Manis-Gurih : Corndog Coklat Mozzarella Jadi Primadona Baru di Kalangan Milenial

BACA JUGA:Cireng Isi Keju Lumer : Jajanan Khas Sunda dengan Inovasi Rasa Modern yang Makin Digemari

 

Namun, masyarakat Solo dikenal kreatif dalam mengadaptasi budaya asing ke dalam budaya lokal.

Maka terciptalah sosis versi lokal yang menggunakan bahan-bahan dan cita rasa khas Jawa.

Kombinasi antara daging sapi atau ayam, bumbu rempah, dan kulit dadar berbahan tepung terigu serta telur menjadikan Sosis Solo sebagai camilan favorit lintas generasi.

 

 

Di tengah menjamurnya kuliner modern dan makanan cepat saji, Sosis Solo masih bertahan dan bahkan semakin digemari.

BACA JUGA:Jasuke Lumer dan Creamy : Tren Camilan Kekinian yang Bikin Ketagihan

BACA JUGA:Cireng Kuah Keju Creamy, Sensasi Baru Cemilan Tradisional dengan Sentuhan Modern

Tidak hanya di Solo, makanan ini kini mudah ditemukan di berbagai kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, hingga Surabaya.

 

Salah satu yang menjadikannya tetap eksis adalah fleksibilitasnya sebagai makanan ringan yang cocok untuk berbagai suasana.

Sosis Solo bisa disajikan sebagai camilan sore ditemani teh hangat, bisa juga menjadi bagian dari jamuan di acara-acara formal seperti hajatan, rapat, atau arisan.

 

“Permintaan selalu stabil, apalagi kalau akhir pekan atau ada acara besar.

Banyak orang pesan Sosis Solo sebagai snack box,” ujar Wulan Sari, pemilik UMKM “Dapur Mbak Wulan” yang sudah berjualan Sosis Solo selama lebih dari 10 tahun.

 

 

Seiring perkembangan zaman, beberapa pelaku usaha kuliner mulai menghadirkan inovasi terhadap Sosis Solo.

Misalnya, dengan menghadirkan isian yang lebih bervariasi seperti daging kambing, keju, bahkan tuna.

Tak hanya itu, kini ada pula versi “frozen” dari Sosis Solo yang bisa dibeli secara online dan digoreng sendiri di rumah.

 

“Saya ingin generasi muda tetap kenal makanan ini, makanya saya buat versi kekinian.

Ada sosis solo isi mozzarella, ada juga yang pedas level-levelan,” kata Dimas Aditya, pemilik brand kuliner “Sosis Solo Zaman Now”.

 

Namun demikian, varian klasik dengan isian daging sapi atau ayam tetap menjadi favorit banyak orang.

Bagi para pecinta kuliner tradisional, rasa autentik dari Sosis Solo klasik memiliki keunikan tersendiri yang sulit digantikan oleh varian baru.

 

 

Pemerintah Kota Surakarta juga turut mendorong eksistensi Sosis Solo sebagai bagian dari promosi pariwisata dan ekonomi kreatif.

Dalam beberapa event kuliner yang digelar di Solo, seperti Festival Jenang, Solo Culinary Festival, hingga Car Free Day, Sosis Solo selalu menjadi primadona.

 

“Kita ingin Sosis Solo tidak hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga bisa mendunia.

Karena ini bagian dari identitas kuliner kita,” ujar Kepala Dinas Pariwisata Kota Surakarta, Sigit Wibowo.

 

Tak hanya menjadi simbol kuliner, Sosis Solo juga telah menggerakkan roda ekonomi lokal.

Banyak UMKM yang menggantungkan pendapatan dari produksi dan penjualan sosis ini, baik secara konvensional maupun daring melalui platform e-commerce.

 

 

Dalam era globalisasi seperti sekarang, menjaga eksistensi makanan tradisional seperti Sosis Solo menjadi penting.

Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, ini juga merupakan bentuk kemandirian kuliner yang mengangkat kearifan lokal.

 

“Sosis Solo bukan sekadar makanan, tapi juga cerita tentang kreativitas, sejarah, dan identitas masyarakat Solo,” ujar Budayawan setempat, Sri Hartini.

 

Melalui inovasi tanpa melupakan akar tradisinya, Sosis Solo terus membuktikan bahwa kuliner tradisional tak lekang oleh waktu.

Dan selama masyarakat Indonesia masih mencintai cita rasa autentik, Sosis Solo akan tetap menjadi bagian dari perjalanan kuliner nusantara. 

Kategori :