Makanan tradisional ini merupakan hasil fermentasi ikan bersama nasi dan garam selama 3–5 hari, sebelum diolah menggunakan bumbu khas warisan turun-temurun.
Sementara itu antusiasme peserta terlihat jelas dari acara yang dihadiri berbagai komunitas seperti kelompok perempuan, UMKM rumahan, penggerak budaya lokal, hingga ibu-ibu pengajian ini.
Galu, salah satu peserta, menyampaikan rasa haru dan bangganya mengikuti kegiatan tersebut.
“Diskusi ini membuat kami teringat suasana rumah tempo dulu. Kami juga belajar bagaimana pekasam bisa menjadi pendapatan tambahan. Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut,” ucapnya.**