Salah satu kedai yang menarik perhatian adalah Ramen Kouji, yang dalam tiga bulan sejak pembukaan sudah mampu menarik ratusan pengunjung per hari.
BACA JUGA:Soto Padang : Kuliner Legendaris Minangkabau yang Mendunia
BACA JUGA:Kwetiau Kerang Jadi Primadona Kuliner Malam, Penjual Raup Omzet Puluhan Juta per Bulan
Pemiliknya, Aditya Kusuma, mengatakan bahwa ia mencoba menggabungkan teknik tradisional Jepang dengan bahan-bahan lokal.
“Kaldu kami masak hingga 12 jam, tetapi cita rasanya tetap kami sesuaikan agar lebih cocok dengan lidah Indonesia. Kami menawarkan variasi sambal bawang dan sambal matah sebagai pilihan tambahan,” katanya.
Sementara itu di Bandung, inovasi lebih berani muncul dari kedai-kedai kecil yang menyasar mahasiswa. Banyak yang menawarkan ramen fusion seperti ramen kuah susu, ramen rendang, hingga ramen sambal ijo.
Meskipun terdengar tidak lazim, menu-menu ini justru mendapat sambutan hangat dari konsumen yang ingin mencoba sesuatu yang berbeda.
Tidak hanya itu, meningkatnya permintaan juga mendorong industri bahan baku berkembang pesat. Produsen mie lokal mulai memproduksi mie ramen dengan kualitas premium, baik untuk kebutuhan restoran maupun konsumen rumahan.
Supermarket kini menyediakan lebih banyak pilihan ramen instan gourmet yang memiliki kualitas mendekati ramen restoran.
Hal ini menunjukkan bahwa minat masyarakat tidak hanya berhenti pada tren sesaat, tetapi sudah menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari.
Meski demikian, banyak pelaku usaha mengakui bahwa kompetisi semakin ketat. Untuk bertahan, mereka dituntut untuk terus berinovasi, baik dalam hal rasa, konsep lokasi, maupun pelayanan.
Beberapa kedai mulai menerapkan sistem pemesanan digital, menawarkan varian menu musiman, hingga menyediakan paket langganan bagi pelanggan setia.
Di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa tren yang meningkat ini akan menciptakan pasar yang jenuh.
Namun, menurut analis bisnis kuliner Selma Pradipta, selama para pemain mempertahankan kualitas dan diferensiasi, pasar ramen masih memiliki potensi besar.
“Sama seperti kopi beberapa tahun lalu, tren ramen masih terus naik. Variasi sangat luas dan kreativitas pelaku usaha tidak terbatas. Ini membuat ramen tetap relevan,” jelasnya.
Menjelang akhir 2025, diprediksi akan lebih banyak festival kuliner yang menghadirkan ramen sebagai salah satu andalan utama.