Fenomena martabak manis tidak lagi terbatas pada pasar domestik. Sejumlah diaspora Indonesia di luar negeri mulai membuka usaha martabak di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Australia, hingga Belanda.
BACA JUGA:Lobster Bakar Keju Jadi Primadona Baru Kuliner Laut, Antrean Mengular di Berbagai Kota
BACA JUGA:Ramen Jadi Primadona Kuliner 2025, Kedai-Kedai Baru Bermunculan di Berbagai Kota
Di beberapa negara Barat, martabak manis bahkan dipasarkan dengan nama “Indonesian Sweet Pancake” atau “Thick Honeycomb Cake”.
Menurut pengamat kuliner internasional, popularitas martabak dipengaruhi oleh maraknya tren street food Asia di pasar global.
Teksturnya yang unik — empuk, bersarang, dan lembut — membuat martabak manis mudah diterima oleh berbagai kalangan.
Tak sedikit wisatawan mancanegara yang setelah mencicipi martabak di Indonesia, mencari kembali makanan tersebut ketika kembali ke negara asalnya.
Kehadiran martabak di luar negeri juga membuka peluang bagi pelaku UMKM untuk mengekspor bahan baku seperti premix tepung martabak, topping lokal, hingga kemasan siap saji.
Pemerintah bahkan mendorong promosi kuliner Nusantara melalui berbagai festival kuliner internasional yang rutin digelar setiap tahun.
Meski semakin populer, pelaku usaha martabak tetap menghadapi tantangan. Kenaikan harga bahan baku seperti tepung, telur, keju, dan mentega membuat harga jual martabak cenderung meningkat.
Beberapa pedagang terpaksa mengurangi porsi topping atau mengecilkan ukuran martabak untuk menyesuaikan modal.
Selain itu, banyaknya pesaing—baik pedagang tradisional maupun brand modern—membuat persaingan semakin ketat. Pelanggan kini memiliki banyak pilihan, sehingga kualitas rasa dan kebersihan menjadi faktor penting yang menentukan keberlanjutan usaha.
“Kalau rasanya tidak konsisten, pelanggan bisa langsung pindah ke tempat lain. Jadi kami harus benar-benar menjaga standar,” kata Herlina, pedagang martabak manis di kawasan Depok yang telah berjualan selama lebih dari 15 tahun.
Pengamat makanan lokal menilai bahwa martabak manis memiliki potensi sebagai ikon kuliner Indonesia, sejajar dengan rendang atau nasi goreng.
Alasannya, martabak merupakan makanan yang mudah ditemui di hampir seluruh daerah, memiliki berbagai adaptasi lokal, dan mampu berinovasi tanpa kehilangan karakter utamanya.
Di beberapa daerah, martabak manis dikenal dengan nama berbeda seperti terang bulan atau kue bulan.