Beberapa menyebut seblak sebagai "spicy chewy soup" atau "Indonesian hot pot street style" yang unik dan sulit ditemukan di negara lain.
Yang menarik, seblak kini tidak lagi sekadar jualan gerobak. Beberapa restoran modern di kota besar mulai memasukkan seblak ke dalam daftar menu mereka.
Tentu dengan tampilan lebih cantik, penyajian rapi, dan bahan premium. Meski demikian, rasa khas pedas gurih tetap dipertahankan agar identitas kuliner ini tidak hilang.
Di luar negeri, seblak mulai diperkenalkan melalui diaspora Indonesia. Beberapa WNI membuka kedai seblak di Malaysia, Singapura, hingga Hong Kong.
Walau tingkat kepedasannya kadang menyesuaikan selera lokal, konsep seblak tetap menarik karena memberikan pengalaman rasa yang baru.
Di balik kepopuleran seblak, muncul pula beberapa kritik. Salah satunya soal tingkat pedas berlebihan yang bisa memicu gangguan pencernaan bagi sebagian orang.
Selain itu, penggunaan kerupuk dalam jumlah banyak kerap dianggap kurang menyehatkan karena kandungan minyak dan pengolahannya.
Meski demikian, banyak penjual seblak kini mencoba menghadirkan varian yang lebih sehat. Seblak sayur, seblak tanpa MSG, hingga seblak dengan pilihan tingkat pedas sedang mulai banyak ditawarkan.
Seblak telah menjelma dari jajanan kaki lima menjadi ikon kuliner nasional yang mendunia. Kreativitas, keberanian berinovasi, serta dukungan media sosial menjadi faktor utama di balik popularitasnya.
Dengan terus berkembangnya industri kuliner dan semakin banyaknya UMKM yang memproduksi seblak, makanan khas Bandung ini tampaknya masih akan bertahan lama sebagai favorit masyarakat.