Iklan HUT KORPRI 2025
Iklan Astra Motor

Laksan, Kuliner Tradisional Palembang yang Terus Bertahan di Tengah Arus Modernisasi

Laksan, Kuliner Tradisional Palembang yang Terus Bertahan di Tengah Arus Modernisasi

Laksan-Fhoto: Istimewa-

Dalam beberapa tahun terakhir, minat masyarakat terhadap kuliner tradisional kembali meningkat. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pedagang laksan yang bermunculan, baik di pasar tradisional maupun di pusat kuliner modern.

Bahkan, sejumlah restoran dan kafe di Palembang mulai memasukkan laksan ke dalam menu mereka sebagai upaya memperkenalkan makanan khas daerah kepada generasi muda dan wisatawan.

BACA JUGA: Laksa Ayam Jadi Primadona Kuliner Nusantara, Penjualan Melonjak di Sejumlah Daerah

BACA JUGA:Laksa, Hidangan Tradisional Nusantara yang Kian Mendunia

Pemerintah daerah juga turut berperan dalam pelestarian kuliner tradisional seperti laksan. Melalui berbagai festival kuliner dan acara budaya, laksan kerap ditampilkan sebagai salah satu hidangan unggulan.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang menyebutkan bahwa kuliner tradisional memiliki potensi besar dalam menarik wisatawan.

“Wisata kuliner menjadi salah satu daya tarik utama Palembang. Laksan, bersama pempek dan tekwan, adalah aset budaya yang harus dijaga,” ujarnya.

Meski demikian, pelaku usaha laksan menghadapi sejumlah tantangan. Harga bahan baku ikan yang tidak stabil menjadi salah satu kendala utama.

Selain itu, proses pembuatan laksan yang cukup rumit dan memakan waktu membuat tidak semua orang mampu mempertahankan kualitas rasa jika diproduksi dalam skala besar.

Hal ini menuntut para penjual untuk tetap konsisten menjaga mutu di tengah tekanan biaya produksi.

Di sisi lain, generasi muda Palembang mulai menunjukkan ketertarikan untuk mempelajari dan mengembangkan kuliner tradisional.

Beberapa di antaranya bahkan memodifikasi penyajian laksan agar lebih modern tanpa menghilangkan cita rasa aslinya.

Ada yang menyajikannya dalam kemasan praktis, ada pula yang menyesuaikan tingkat kepedasan dan kekentalan kuah agar sesuai dengan selera konsumen masa kini.

Pengamat budaya kuliner menilai inovasi semacam ini penting selama tidak menghilangkan esensi laksan itu sendiri. “Inovasi boleh, tapi akar tradisinya harus tetap dijaga.

Di situlah nilai budaya laksan berada,” kata seorang akademisi dari salah satu universitas di Palembang.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: