Tempe Mendoan, Kuliner Tradisional Banyumas yang Terus Bertahan di Tengah Modernisasi

PALPOS.CO - Tempe mendoan merupakan salah satu kuliner tradisional khas Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, yang hingga kini tetap bertahan dan digemari oleh berbagai kalangan.

Di tengah gempuran makanan modern dan cepat saji, tempe mendoan justru menunjukkan eksistensinya sebagai makanan rakyat yang sederhana, murah, namun kaya cita rasa dan nilai budaya.

Mendoan berasal dari kata “mendo” dalam bahasa Banyumasan yang berarti setengah matang atau lembek.

Sesuai dengan namanya, tempe mendoan digoreng dalam minyak panas dengan waktu singkat sehingga menghasilkan tekstur yang lembut di bagian dalam dan tipis di bagian luar.

BACA JUGA:Nasi Uduk, Kuliner Tradisional Betawi yang Tetap Bertahan di Tengah Gempuran Makanan Modern

BACA JUGA:Ayam Betutu, Warisan Kuliner Bali yang Mendunia

Berbeda dengan tempe goreng biasa yang kering dan renyah, mendoan disajikan dalam kondisi masih basah dan hangat.

Tempe yang digunakan untuk mendoan umumnya berbentuk lebar dan tipis, terbuat dari kedelai pilihan yang difermentasi secara alami.

Tempe tersebut kemudian dicelupkan ke dalam adonan tepung yang telah diberi bumbu seperti bawang putih, ketumbar, garam, serta irisan daun bawang.

Setelah itu, tempe digoreng sebentar hingga adonan menempel namun belum mengeras sempurna.

BACA JUGA:Bika Ambon, Warisan Kuliner Nusantara yang Tetap Bertahan di Tengah Modernisasi

BACA JUGA:Tahu Walik, Camilan Tradisional Banyuwangi yang Kian Digemari Berbagai Kalangan

Salah satu pedagang mendoan di kawasan Purwokerto, Sumarni (52), mengaku telah berjualan mendoan selama lebih dari 20 tahun.

Menurutnya, mendoan tidak pernah sepi peminat, baik dari warga lokal maupun wisatawan. “Setiap hari selalu ada yang beli. Apalagi sore hari, mendoan itu cocok dimakan hangat-hangat sambil minum teh,” ujarnya.

Sumber: