Ngeri, Keluarga Ini 7 Tahun Hidup Serumah Dengan Jin

Ngeri, Keluarga Ini 7 Tahun Hidup Serumah Dengan Jin

foto ilustrasi rumah keluarga yang 7 tahun tinggal bersama jin.--

PALEMBANG, PALPOS.ID- Mahkluk astral atau makhluk tak kasat mata, juga hidup berdampingan dengan manusia. Seperti yang dialami oleh keluarga ini yang mengalami tinggal serumah dengan jin, dari awal sering mengalami gangguan sampai akhirnya bisa berdamai dengan makhluk astral ini.

Dilansir palpos.id dari fb @Vera Elvira Yusuf, diceritakan ada keluarga yang pindah ke suatu daerah karena anaknya akan masuk ke pondok pesantren. Akhirnya keluarga ini memilih pindah rumah ke daerah tersebut. Namun, ternyata rumah yang ditempati menyimpan kisah mistis.

Meski begitu, keluarga ini tetap bertahan di rumah tersebut selama 7 tahun, karena percaya akan perlindungan dan kekuatan Allah SWT. Mau tahu bagaimana kisah selanjutnya. Simak ceritanya berikut ini.

Kala itu anak kedua kami akan masuk sekolah dasar, kami memilih untuk memasukkan ke pondok pesantren yang sama dengan kakaknya. Setelah melalui diskusi panjang akhirnya kami mengambil keputusan besar, kami  akan pindah rumah ke daerah dekat dengan pondok tersebut, agar kedua anak kami tidak perlu mondok melainkan ikut program fullday saja.

Kami coba menghubungi beberapa teman dan kerabat yang domisili di sekitar. Kami menjajaki beberapa rumah dan Alhamdulillaah Allah mudahkan kami hingga dapat rumah kontrakan yang sesuai kriteria kami, yaitu murah, besar dan halamannya sangat luas depan belakang dan samping kanan.

Mengapa mesti luas? Ya karena anak-anak kami masih usia kecil-kecil, usia senangnya beraktifitas, berkreasi, berekspresi dan memiliki energi yang besar yang kudu disalurkan.

Karena dalam membesarkan anak-anak, kami menganut konsep bahwa anak-anak tidak boleh bermain di luar rumah agar kami bisa mengontrol segala aktifitasnya. Kalaupun mau main, teman-temannya yang diajak main di rumah.

Pertengahan tahun 2008, kami pun sekeluarga resmi pindah rumah. Masya Allah, bukan main girangnya anak-anak, lelompatan, jungkir balik, berlarian dari depan ke belakang. Rumah tersebut superrrr guedee karena yang punya rumah adalah orang penting.

Rumah dan halamannya kira-kira memiliki luas 30×25. Dari model rumah dan arsitekturnya nampak model rumah "orang kaya" pada zamannya. Ada rumah utama yang ruang tamu dan ruang keluarga tidak bersekat, lalu kamar utama dilengkapi kamar mandi dan jendela menghadap ke kebun sebelah, 3 kamar tidur yang semua guedee dan memiliki jendela. Lalu kamar mandi umum, dapur, teras depan belakang.

Itu baru rumah utama, ada lagi rumah di samping kiri yang saya perkirakan adalah paviliun untuk tamu. Di belakang rumah utama ada lagi kamar sebanyak 5 kamar dilengkapi teras sebagai ruang tamu. Halaman seluas 3×6 yang ditumbuhi pohon mangga memisahkan antara rumah utama dan kelima kamar tersebut yang saya jadikan sebagai ruang produksi.

Kebayang nggak berapa besar rumah tersebut? Jangan ditanya gimana ngebersihin rumah dan halamannya dari dedaunan pohon matoa dan mangga serta rumput liar. Pohon-pohon besar tersebut membuat penampakan rumah makin horor.

Hari-hari pertama kami mulai beberes, bebenah dan beradaptasi dengan rumah baru kami. Anak-anak excited banget berlarian dari halaman depan ke belakang, melempari mangga yang mulai berbuah karena selama ini terkungkung di dalam rumah saja.  Sepekan pertama mulailah drama horor itu menghantui hari-hari kami. Anak-anak mulai demam tinggi secara bersamaan.

Dikasih pct namun demamnya tidak turun malah makin tinggi hingga anak-anak mengigau. Akhirnya kami membawa ke dokter secara bergantian dan anehnya dokter bilang tidak ada apa-apa.

Suatu hari salah satu anak kami (4 Y) demam sangat tinggi lagi, mengigau tidak karuan sambil menunjuk-nunjuk ke arah pintu kamar. Kami khawatir kalau demamnya dibiarkan bisa step, akhirnya kami bawa ke dokter lagi dan seperti biasa hanya dikasih pct serta obat anti kejang buat jaga-jaga di rumah.

Namun ceracaunya tak berhenti sambil terus menunjuk ke arah pintu. Akhirnya saya coba memperhatikan arah yang ditunjuknya. Dan apa yang kami lihat sangat mengejutkan. Sebuah benda tergantung tepat di atas pintu yang ditunjuk oleh anak kami. Zaujii coba mengambil kursi untuk mengambil benda tersebut. Merinding dan ada rasa takut saat membuka benda tersebut yang terbungkus kain merah.

Ada beberapa lapis hingga tampak sebuah kertas usang bertuliskan aksara yang aneh, semacam jimat/rajah. Zaujii pun membakar jimat tsb sambil berdzikir.  Lalu Zaujii meruqiyah anak kami dan Alhamdulillaah demamnya berangsur turun dan mulai tenang, tidak mengigau lagi.

Pada hari yang lain saat salah seorang anak kami sedang bermain tiba-tiba jatuh pingsan (3 Y) tak sadarkan diri. Yaa Allah, jantungku mendadak lemah, saya menggendong sambil membacakan ayat-ayat ruqiyah. Dia terbangun sambil berbicara tidak jelas dan bukan suaranya melainkan suara laki-laki yang sangat berat lalu pingsan lagi.

Saya terus meruqiyah sambil menangis sesenggukan. Yaa Allah... Bingung benar mau bagaiman karena zaujii lagi di kantor. Hampir sejam saya meruqiyah dan Alhamdulillaah kondisinya berangsur pulih.

 Namun lagi-lagi saya tak puas, saya bawa dia ke UGD untuk memastikan apa penyebab dia sampai pingsan. Seperti biasa, dokter tidak menemukan sakitnya dan kami boleh pulang.

 Hari berikut ba'da magrib giliran kakak laki-laki (6 Y) demam tinggi. Sehabis sholat maghrib zaujii mulai meruqiyah sampai jelang Isya dengan membaca suroh Al Baqoroh. Jelang Isya Zaujii memanggil saya untuk menggantikan karena mau ke masjid seraya berkata, "Jinnya sudah keluar!"

Saya tak percaya dan berkata, "Abi tau dari mana?" Zaujii menunjuk arah tengkuknya, "Saya merinding, coba aja pegang dahinya!" Maasyaa Allah, benar, badannya sudah dingin dan mengeluarkan keringat. Saya teringat sorenya ni anak main lempar-lempar batu di halaman belakang, kemungkinan ada jin yang terkena lemparannya.

Suatu waktu saya sholat di dalam kamar, pas sujud tetiba bulu kudukku merinding, seolah ada desiran angin yang menyentuhnya. Serasa ingin menghentikan sholat lalu berlari ke luar kamar.

Kalau saya membatalkan sholat, berarti saya kalah denga si Jin. Akhirnya saya teruskan sholat sambil mengingat kalo sesungguhnya Jin itu makhluk Allah yang sangat lemah dan takut pada orang-orang beriman. Dan Alhamdulillah saya lulus dalam ujian sujud dalam dilema.

Suatu waktu saya keluar berbelanja dan bertemu dengan salah seorang warga. Lalu kami ngobrol dan ternyata dia pernah ngontrak rumah yang saya tempati. Tapi hanya empat hari sudah pindah lagi karena ada penampakan wanita berambut panjang keluar dari kamar mandi.

Langsung merinding hebat dong saya. Terus sebelum dia, ada juga keluarga yang ngontrak namun hanya sebulan bertahan dan pindah. Sejak saat itu kami melalui hari dalam ancaman dan intimidasi jin. Saya jadi kasian sama anak-anak yang belum bisa membentengi diri.

Saya merajuk sama Zaujii minta pindah rumah saja, padahal kami belum sebulan tinggal di situ. Tapi Zaujii menolak, emang gampang pindah rumah? Zaujii coba menemui Ust Luqman, mohon beliau bantu meruqiyah rumah kami. Namun beliau menasehati kami agar rajin sholat sunnah dan membaca Al Quran di tiap ruang dan sudut rumah secara bergantian. Bentengi diri dan semua anggota keluarga dengan dzikir pagi-petang.

Akhirnya saya muroja'ah lagi buku-buku tentang Jin karya Syaikh Abdus Salam Bali. Kami mulai mengamalkan nasehat Ustad Luqman dan mengundang salah seorang Ustad untuk mengisi ta'lim pekanan di rumah kami.

Anak-anak saya ajarkan dzikir pagi-petang dan mengaji setiap hari bagi yang sudah bisa baca Qur'an. Yang kecil-kecil saya ajari senantiasa mengucap basmalah jika memulai sesuatu dan ta'awudz terutama jika hendak masuk kamar mandi, karena di situlah sarangnya Jin, termasuk jika ingin main lempar-lemparan.

Saya mulai mengedukasi anak-anak kalau kita tinggal bersama Jin, jadi tidak boleh bertingkah sembrono, mesti banyak melindungi diri agar tidak diganggu. Alhamdulillah 6 bulan kami mulai berdamai dengan Jin dan anak-anak sudah sangat jarang sakit. Saya sangat bersyukur tidak jadi pindah karena kami sudah sangat nyaman di rumah tersebut, luas dan adem.

Namun keusilan Jin masih terus kami alami apalagi jika ada tamu yang baru nginap, semacam perkenalan. Tengah malam suka ada langkah kaki di ruang tengah dan teras belakang rumah.

Suatu waktu saat produksi kue kering sedang berjalan, kami biasa menerima pegawai baru. Ada beberapa yang hanya masuk kerja sehari, besoknya sudah tidak masuk lagi. Saya tanya kenapa berhenti kerja, ternyata mereka melihat keanehan dan penampakan di kamar mandi belakang yang sejajar kamar-kamar kos yang dipake untuk ruang produksi.

Biasanya kalau ke kota dan kemalaman kami tidak dapat angkot dan hanya bisa naik bentor. Nah, beberapa kali naik bentor pas sampai depan rumah abang bentor bertanya, "Ini rumahnya bu?" Beraninya tinggal di sini, banyak hantunya ini rumah!" Sambil tertawa saya berseloroh, " Iya pak, Alhamdulillaah kami sudah lama di sini tinggal sama hantu!"

Ada lagi tetangga cerita, dulu kalo sudah Magrib orang pada tidak berani lewat depan rumah kami, suka ada penampakan di atas pohon mangga katanya. Maasya Allah, Allahu Akbar, saya benar-benar membuktikan semua kebenaran ayat-ayat Al Qur'an dan hadits Rosulullah tentang dunia Jin.

Akhirnya pada tahun ke-7 kami mesti angkat kaki karena pemilik rumah tersebut  sudah mau menjualnya. Padahal kami lagi sayang-sayangnya sama rumah tersebut, sudah bertoleransi dengan "penghuni lama". Kenapa? Karena waktu itu kampus sudah mulai aktif jadi harga kontrakan rumah mulai naik drastis hingga 150%. Tak ada lagi rumah seluas dan senyaman itu bisa dikontrak dibawah 5 jt pertahun walau tinggal bersama  "Penghuni lain".

Saya berharap dengan tinggalnya kami 7 tahun di rumah tersebut, membuat jin-jin yang kafir dan jahat bertaubat lalu masuk Islam secara kaaffah.  Bukankah kita dan Jin di mata Alloh memiliki eksistensi yang sama? Yaitu beribadah dan menyembah hanya pada Alloh Azza Wajalla.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

"Tidaklah Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah pada-KU" (Adz-Dzariyat:56).

Naskah kisah ini dilansir dari fb @@Vera Elvira Yusuf (**)

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: fb @ vera elvira yusuf