Strategi Pengambilan Keputusan

Strategi Pengambilan Keputusan

Dirut Perumd Tirta Musi Palembang, Andi Wijaya Adani--

Oleh : DR. Andi Wijaya Adani

SETIAP saat kita selalu dihadapkan kepada pilihan. Pilihan tersebut harus dipilih melalui suatu keputusan.

Dari mulai bangun tidur kita sudah harus memilih, langsung bangun atau masih ingin bermalasan di tempat tidur. Apa yang kita hadapi sekarang merupakan hasil keputusan yang telah kita ambil di masa lampau.

Mungkin saja keberhasilan kita sekarang dari hasil keputusan masa lalu kita, yang langsung bangun tidur saat pagi bukan bermalas-malasan terlebih dahulu.

Karena keputusan yang sama dan berulang dapat menjadi kebiasaan. Kebiasaan atau habit akan membentuk karakter seseorang.

Karakter seseorang lah yang menentukan keberhasilannya dikemudian hari. Semakin tinggi jabatan seseorang semakin banyak dituntut untuk membuat keputusan dan keputusan tersebut akan semakin strategis dan beresiko.

Seorang menejer unit akan membuat keputusan yang berdampak hanya kepada unit yang dia pimpin. Sedangkan keputusan seorang Direktur akan berdampak kepada seluruh karyawan di perusahaan tersebut.

Lebih besar lagi pengaruh keputusan dari seorang presiden suatu negara adidaya. Sebagai contoh Sewaktu Goerge W. Bush memutuskan untuk menyerang Irak pada tahun 2003.

Dampaknya masih terasa sampai sekarang, yaitu ketidak stabilan politik di wilayah Timur Tengah.

Pada profesi dan jabatan tertentu, keputusan harus diambil secepat mungkin dan resiko keputusan itu sangat besar. Sebagai contoh seorang pilot dan juga pengawas lalulintas udara.

Mereka harus mengambil keputusan dalam hitungan detik dan keselamatan penumpang adalah taruhannya.

Menurut beberapa informasi, salah satu alasan tingginya pendapatan kedua profesi tersebut adalah karena tingkat stress yang tinggi untuk mengambil keputusan dalam hitungan detik dengan tingkat resiko yang tinggi.

Bisakah Kemampuan Pengambilan Keputusan Dilatih

Ada beberapa pendapat menyatakan bahwa kemampuan orang mengambil keputusan dengan tepat itu adalah berlandaskan intuisi.  

Intuisi adalah suatu kemampuan memahami sesuatu tanpa melalui penalaran rasional. Sepertinya pemahaman itu tiba-tiba saja datangnya dari dunia lain di luar kesadaran.

Contoh klasik untuk ini adalah bagaimana Archimides memutuskan teori Archimides yang terkenal tersebut.

Sewaktu Archimides berendam di pemandian umum, dan dia merasakan dorongan air ke tubuhnya ke atas dan melihat air yang tumpah di permukaan lantai.

Lalu dia terinspirasi dengan permasalahan yang telah lama dipikirkannya yaitu berapa besar gaya dorong jika suatu benda dimasukan ke dalam zat cair.

Spontan dia berdiri dengan riang dan berlari telanjang bulat dari tempat pemandian ke rumahnya, sambil berteriak eruka (saya dapatkan), maka timbullah hukum yang sangat terkenal itu “jika benda dicelupkan ke dalam zat cair, maka benda tersebut mendapat gaya apung sebesar zat cair yang dipindahkan”.

Sebuah penelitian membuktikan bahwa para pebisnis dan top eksekutip yang berhasil, ternyata lebih unggul dalam test uji indra keenam.

Kemampuan ini mempertajam intuisi yang membantu mereka dalam membuat keputusan.

Sebenarnya jika seseorang memikirkan sesuatu sampai sangat mendalam dan telah mempertimbangkan semua aspek tetapi masih belum mendapatkan keputusan, maka mencoba untuk menenangkan diri keluar dari topik yang dipikirkan biasanya dengan rileksasi atau mengerjakan kegiatan lain.

Kadang intuisi itu datang sendiri berupa ide cemerlang untuk membuat keputusan. Prilaku ini sering dipraktekkan raja-raja jawa dahulu dengan laku “nyepi” dan kadang dibarengi dengan berpuasa ataupun mutih.

Melalui laku seperti ini ketenangan didapatkan sehingga raja-raja mendapatkan inspirasi untuk mengambil suatu keputusan. Dari uraian diatas disimpulkan bahwa intuisi bisa dikondisikan untuk “hadir” pada saat dibutuhkan.

Sedangkan intuisi itu sangat dibutuhkan untuk pengambilan keputusan. Seperti kemampuan lain, maka kemampuan untuk mengambil keputusan dapat dilatih.

Selalu mengambil keputusan, walau jika keputusan itu nantinya salah.

Tetapi hal itu masih dapat perbaiki atau diperkecil dampaknya. Oleh karena dalam mengambil keputusan pasti kita sudah mempertimbangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi.

Yang terpenting kita dapat belajar dari keputusan yang pernah diambil. Ini akan memperbaiki kemampuan kita dalam mengambil keputusan pada masa yang akan datang.

Sebenarnya tidak mengambil keputusan itu juga suatu sikap, kita membiarkan semua terjadi apa adanya. Seperti lirik lagu “Chesera...sera what it will be...will be” (apa yang akan terjadi terjadi lah).

Tetapi konsekuensinya semua berjalan sebagai mana kondisi yang ada dan tidak bisa kita kendalikan.

Kita pun tidak dapat belajar dari itu karena kita tidak ada peran terhadap kondisi yang terjadi karena semuanya mengalir apa adanya tanpa keterlibatan keputusan kita.

Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Mengambil Keputusan

Telah disepakati bahwa kemampuan mengamil keputusan dapat dilatih. Sekarang perlu diketahui hal apa saja yang dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengambil keputusan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

1.    Berani mengambil Resiko

Keputusan tidak akan pernah diambil jika kita tidak berani mengambil resiko.

Resiko dari suatu keputusan selalu ada, tugas kita memperkecil terjadinya resiko atau jika terjadi dapat diminimalisir sekecil mungkin efek buruknya.

Sebagai contoh dalam mengendarai mobil. Mengendari mobil memiliki resiko yaitu kecelakaan lalulintas.

Untuk menghindarinya, kita selalu merawat mobil dengan standar, mematuhi peraturan berlalulintas, mengemudi dalam kondisi sehat dan beristirahat yang cukup.

Jika pun terjadi kecelakaan maka resiko bahayanya diperkecil dengan adanya sabuk pengaman dan kantung udara pengaman.

Keputusan yang salah lebih baik dari pada kita tidak membuat keputusan hanya karena takut dengan resiko yang dihadapi.

2.   Mengumpulkan Informasi Selengkap Mungkin

Semakin lengkap informasi yang berkaitan dengan keputusan yang akan diambil maka semakin meningkatkan ketepatan keputusan yang diambil tersebut. Di era informasi sekarang ini, ketersediaan informasi sangat berlimpah.

Informasi ada di genggaman kita. Melalu smartphone, dimana saja dan kapan saja kita bisa mengakses ke internet untuk mendapatkan informasi.

Tugas kita adalah menyaring apakah informasi yang dikumpulkan itu adalah benar atau salah.

Informasi yang benar dapat dideteksi dari lembaga atau person yang mengeluarkan informasi tersebut. Pilihlah lembaga atau perorangan yang terpercaya.

Lembaga-lembaga resmi pemerintah, lembaga non provit yang besar atau perorangan yang mempuanyai track record yang baik merupakan sumber informasi yang dapat dipercaya.

Selain itu, sebaiknya setiap pemimpin harus banyak mengikuti seminar, pelatihan atau membaca sehingga memiliki wawasan yang luas dan memiliki referensi setiap dia mengambil keputusan.

3.   Diskusi Kelompok

Melalui diskusi kelompok memungkinkan kita mendapatkan pertimbangan dari segala sisi yang selama ini belum kita pertimbangkan.

Diskusi kelompok dengan unsur-unsur yang berkaitan dengan topik yang akan diputuskan juga merupakan strategi untuk mendapatkan dukungan dan sekaligus sosialisasi keputusan tersebut. Tetapi diskusi seperti ini harus konstruktif.

Pimpinan diskusi harus cakap mengarahkan diskusi agar didapatkan kesimpulan untuk mengambil keputusan, jangan sampai diskusi tersebut malah menimbulkan friksi. Jika itu terjadi, maka bukan dukungan yang didapat, malah sebaliknya yaitu sikap kontra.

4.   Kuantifikasi

Kuantifikasi adalah merubah sesuatu informasi kedalam bentuk angka (kuantitatif). Sebenarnya prinsip ini adalah menyederhanakan suatu informasi kualitatif kedalam bentuk angka.

Prinsip yang sama digunakan oleh Richter dalam membuat sekala gempa, dari kerusakan yang bersifat kualitatif dibuat kuantitatif sehingga mempermudahkan orang untuk membayangkan besarnya suatu gempa.

Kuantifikasi ini membantu kita untuk lebih objektif dalam memutuskan. Pertimbangan ataupun efek dari suatu keputusan dapat bersifat positif dan negatif. Pertimbangan ataupun efek yang positif diletakkan dalam satu kolom dan yang negatif di kolom lain.

Selanjutnya setiap pernyataan itu diberi angka. Untuk mempermudah ditentukan dulu angka maksimalnya, yang terbaik akan mendapat nilai positif tertinggi dan yang terburuk akan mendapat nilai negatif terbesar.

Setelah itu tinggal dievaluasi apakah penjumlahan antara kedua kolom tersebut tetap positif atau negatif. Jika positif berarti keputusan tersebut layak untuk dijalankan.

5.   Keluar dari putaran

Jika semua cara diatas telah dijalankan tetapi masih juga tidak didapatkan keputusan, maka jalan satu-satunya adalah keluarlah dari putaran pikiran tentang keputusan tersebut.

Mengerjakan hal-hal lain yang kita sukai tetapi tidak ada hubungan dengan keputusan yang akan diambil, seperti bermain musik, bernyanyi, melukis, memperbaiki kendaraan,  olahraga atau hanya berjalan-jalan di taman.

Setelah dirasakan telah kembali segar, coba untuk melihat keputusan itu dari luar posisi kita selama ini. Sering kita tidak melihat sesuatu dengan konkrit karena kita berada di dalamnya.

Seperti jika kita berada di gunung. Kita tidak dapat melihat bentuk gunung, bentuk gunung akan terlihat jika sudah ada jarak dengan gunung.

Beberapa orang bahkan telah mendapatkan inspirasi keputusan sewaktu mereka melakukan hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan keputusan tersebut. Mereka akan sangat gembira seperti Archimides yang berlari bertelanjang bulat dan menjerit eruka... eruka.... eruka***

*)Andi Wijaya Adani, Direktur Utama Perumda Tirta Musi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: