Iklan HUT KORPRI 2025
Iklan Astra Motor

Pemprov Sumsel Genjot Optimalisasi APBD dan Perputaran Ekonomi Daerah Menjelang 2026

Pemprov Sumsel Genjot Optimalisasi APBD dan Perputaran Ekonomi Daerah Menjelang 2026

Pemprov Sumsel Genjot Optimalisasi APBD dan Perputaran Ekonomi Daerah Menjelang 2026- Fhoto: humas pemprov sumsel-

Menurutnya, skala dan kekuatan ekonomi daerah tidak semata-mata ditentukan oleh besarnya APBD.

Pemprov Sumsel, kata Edward, justru berhasil mencatatkan prestasi dengan meraih Penghargaan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Terbaik I se-Sumatera Tahun 2025.

BACA JUGA:Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel Hadirkan Program “Kemang Agung Berdaya, Inovatif, dan Sejahtera

BACA JUGA:Bank Sumsel Babel Hadirkan Kantor Kas Pulau Rimau di Lokasi Baru, Perluas Akses dan Kualitas Pelayanan

“Selain itu, kami terus memperluas kemudahan sistem perizinan dan mendorong digitalisasi transaksi untuk meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat,” jelasnya.

Edward mengingatkan bahwa tahun 2026 akan menjadi tantangan tersendiri karena ruang fiskal daerah diperkirakan semakin terbatas.

APBD Sumsel pada 2026 diproyeksikan turun menjadi Rp9,6 triliun, dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp11,4 triliun.

“Dengan kondisi ini, efektivitas belanja dan penguatan kolaborasi dengan berbagai pihak menjadi sangat penting,” tegasnya.

Pada kesempatan yang sama, kegiatan Executive Coffee Morning juga dirangkaikan dengan penggalangan donasi melalui Forum Komunikasi Industri Jasa Keuangan (FKIJK) Sumsel.

Total donasi yang terkumpul sebesar Rp36.081.575, yang akan disalurkan untuk membantu daerah terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Sementara itu, Kepala OJK Sumsel Arifin Susanto memaparkan kondisi sektor jasa keuangan Sumsel sepanjang 2025.

Ia menyebut pertumbuhan kredit nasional mencapai 7,6 persen, sementara di Sumsel berada di angka 5,8 persen. Total penyaluran kredit produktif di Sumsel tercatat mencapai Rp71 triliun.

“Risiko kredit perbankan masih perlu mendapat perhatian. Aktivitas pasar saham cukup menggeliat, namun pada sektor fintech, jumlah masyarakat yang meminjam masih lebih tinggi dibandingkan yang menabung,” ungkap Arifin.

Ia juga menyoroti meningkatnya kejahatan keuangan dan risiko keamanan siber. Sepanjang 2025, Indonesia Anti Scam Center (IASC) menerima lebih dari 274 ribu laporan terkait kejahatan keuangan dan serangan siber.

Ke depan, Arifin menyebut tahun 2026 akan diwarnai sejumlah dinamika penting, mulai dari pengembangan sektor produktif dan komoditas unggulan, transformasi digital, risiko siber, hingga konsolidasi industri jasa keuangan.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait