Makanya dengan armada yang ada tentu kewalahan sebab setiap armada harus bolak-balik empat rit setiap hari membawa sampah. Kalau motor pengangkut sampah fungsinya hanya mengangkat sampah ditempat-tempat yang tidak terjangkau dengan mobil dan sampahnya akan dikumpulkan di UPTD Persampahan Lawang Kidul.
Setelah itu baru dibawa ke TPA Bukit Kancil dengan truk. "Saya juga kadang-kadang kasihan, baik dengan mobil dan personilnya, mereka kerja mulai dari pukul 07.30 WIB dan pulang sampai pukul 21.00 WIB. Sebab harus bolak balik ke Muara Enim. Makanya kami minta kalau bisa di Tanjung Enim sudah selayaknya ada TPA tersendiri biar lebih efisien dan efektif," ungkapnya.
Masih dikatakan Dedi, bahwa pihaknya sudah berupaya mengusulkan ke Pemkab Muara Enim, namun sepertinya keterbatasan anggaran. Pihaknya juga sudah berupaya meminta bantuan ke PTBA melalui CSR untuk membantu truk sampah jenis bak kontainer ambrol. Namun, kata dia, belum direspon padahal lokasinya di Lawang Kidul. Bila ingin mewujudkan Tanjung Enim bersih sebagai kota wisata seharusnya perusahaan setempat ikut juga bertanggungjawab mewujudkannya bukan hanya pemerintah saja.
"Saya rasa dengan keuntungan PTBA triliunan pertahun tidak akan rugi membantu membantu armada truk untuk kebersihan, apalagi itu untuk kepentingan bersama," tegasnya. (*)