Bangunan Tua Penuh Sejarah di Palembang Kini Tinggal Kenangan

Senin 02-01-2023,19:34 WIB
Reporter : Septi
Editor : Ardi

PALEMBANG, PALPOS.ID - Palembang merupakan kota tertua yang ada di Indonesia berumur 1338 tahun jika berdasarkan prasasti Sriwijaya yang dikenal sebagai prasasti Kedudukan Bukit.  

Dikutip dari website palembang.go.id, prasasti yang berangka tahun 16 Juni 682, dimana pada saat itu penguasa Sriwijaya didirikan Wanua di daerah yang sekarang dikenal sebagai kota Palembang.

Dengan usia yang begitu tua, tentunya banyak bangunan tua penuh sejarah yang menghiasi kota ini.

Namun, beberapa bangunan tersebut justru sudah terlupakan, dengan berbagai penyebab mulai dari terbengkalai hingga dirobohkan dengan alasan beragam serta diubah fungsi.

Seperti pasar Cinde yang beberapa tahun belakangan menjadi pembahasan banyak dari berbagai kalangan, mulai dari budayawan, sejarawan hingga masyarakat umum dan pedagang.

Mirisnya lagi, pasar yang berlokasi dijalan utama kota Palembang yakni Jalan Sudirman, Senin  (28/11/2022) lalu alami kebakaran hebat hingga 103 lapak hangus terbakar.

Sebelumnya, pedagang dan budayawan serta sejarawan sudah begitu menyoroti kondisi Pasar Cinde yang akan diubah menjadi mall. Padahal sejarah berdirinya pasar yang dibangun pada tahun 1957 dan selesai setahun kedepannya, hingga akhirnya Pasar Cinde merupakan pasar pertama di Palembang bisa menjadi cagar budaya.

Pebangunan pasar setelah masa kemerdekaan Indonesia, berdesain unik dengan arsitektur berupa cendawan serupa dengan Pasar Johar di Semarang yang diarsiteki Herman Thomas Karsten.

Kemudian bangunan tertua lainnya yang sempat heboh karena permasalahan perebutan bangunan, yakni Pabrik Kopi Roda yang terletak di Jalan Segaran Kelurahan 14 Ilir Kecamatan Ilir Timur (IT) 1 Palembang ini ternyata memiliki sejarah.

Sejarah yang erat dengan perperangan lima hari lima malam (5H5M) di Palembang yang meletus pada 1 hingga 5 Januari 1947 tempo dulu.

Menariknya lagi, dihalaman bangunan Kopi Roda terdapat prasasti kayu nama-nama pejuang tentara Indonesia. Namun sayangnya, prasasti tersebut hilang tanpa bekas, seiring dengan pesatnya pembangunan.

Dikatakan Netty Lim anak dari Lim Tjeng San atau Tuan Lim, pemilik bangunan Kopi Roda dihuni oleh 17 bersaudara yang juga menjadi rumah produksi Kopi Tiga Roda, lilin dan jamu kesehatan untuk ibu melahirkan merek manjangan.

Namun kini bangunan itu sudah tinggal kenangan, Pengadilan Negeri Palembang telah melaksanakan eksekusi objek kedua dari sengketa lahan seluas lebih kurang 600 meter yang telat dieksekusi pada Selasa (14/6/2022) lalu.

Perebutan lahan tersebut membuat bangunan ini terbengkalai. Andai saja bangunan tersebut bisa dikelola menjadi objek wisata, maka akan menjadi daya tarik wisata ke kota tua di Indonesia yakni Palembang.

Ada lagi bangunan tua yang kini telah menjadi kantor Walikota Palembang yakni Kantor Ledeng, yang dulunya menjadi bangunan Menara air Belanda.

Pada jaman penjajahan Belanda, bangunan ini difungsikan menajadi tower ledeng sekaligus kantor ledeng. Kemudian, dijadikan kantor residen oleh Kekaisaran Jepang.

Sedikit bergeser ke tepian Sungai Musi, ada bangunan bersejarah lainnya yakni Benteng Kuto Besak (BKB) yang terletak di bagian tenggara Sungai Musi bentuk BKB ini persegi panjang.

Dengan ukuran 288,75 meter X 183,75 meter ini dibangun dengan struktur begitu kokoh serta adanya selokan disetiap sudut benteng.

Selokan berbentuk trapezium disudut utara, timur dan selatan. Sedangkan di barat selokan dibangun berbentuk segi lima.

Pintu gerbang BKB ada tiga, yakni dibagian timur laut, barat laut serta tenggara. Serta adanya beberapa cela untuk mengintip kondisi diluar BKB yang akan semakin mengecil dibagian dalam bangunan.

Dahulunya, ada dermaga dibagian depan BKB yang dapat digunakan jalan para sultan menuju Sungai Musi ditambah dengan gerbang yang beratapkan limasan.

BACA JUGA:Sejarah Makam Kambang Koci, Disebut Juga Pemakaman Wali di Palembang

Namun kini dermaga tersebut sudah tidak terlihat keasliannya karena sudah ada beberapa perubahan dibagian depan BKB.

Semakin menariknya bangunan ini, dibagian depan BKB terdapat alun-alun serta adanya meriam-meriam yang diletakkan secara sejajar pada gerbang utama.

Lalu pada sisi kanan gerbang adanya bangunan berbahan kayu dengan atap sirap tanpa dinding yang biasanya digunakan para sultan untuk duduk bersantai.

BACA JUGA:Sejarah Pasar Cinde Palembang, Kini Terbakar, Ternyata Dulu Namanya Bukan Cinde

Pembangunan BKB yang telah diusulkan pada era Kesultanan Sultan Mahmud Badarudin 1, baru diadakan pada tahun 1780 silam dalam masa pemerintahan Sultan Mahmud Badarudin II.

Benteng Kuto Besak ini dibangun untuk kediaman sultan beserta keluarganya pada 21 Februari 1792, kemudian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menetapkan Benteng Kuto Besak sebagai salah satu cagar budaya Indonesia pada 3 Maret 2004 dengan nomor Surat Keputusan adalah KM.09/PW.007/MKP/2004.

BACA JUGA:Sejarah Pasar Sekanak, Sudah Ada Sejak Zaman Belanda, Dibangun di Kampung Bangsawan Palembang

Namun untuk dapat menikmati suasana BKB pengunjung hanya bisa melihat dari sisi luar BKB saja. (*)

Kategori :