Blok tersebut seperti Berau, Wiriagar dan Muturi.
LNG Tangguh ini melengkapi pengilangan gas yang sudah ada di Indonesia, yaitu di LNG Arun, Aceh dan LNG Bontang, Kalimantan Timur.
Sebagai catatan, saat ini potensi gas alam di wilayah ini mencapai 30 triliun kubik/hari.
Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni menyatakan akan terus mengembangkan potensi gas alam ini melalui LNG Tangguh yang sudah memasuki pembangunan train 3.
2. Cadangan Minyak dan Batu Bara Cukup Banyak
Selain kaya akan gas alam, kawasan ini dianugerahi juga dengan cadangan minyak bumi dan batu bara yang cukup banyak.
Industri pengolahan, migas dan pertambangan merupakan beberapa sektor yang paling dominan dalam menyumbang nominal angka PDRB.
Tak hanya itu, ada pembangunan kawasan industri Desa Onar untuk pengembangan pupuk dan petrokimia, serta konsesi Blok Kasuri yang dikembangkan oleh Genting Oil.
Selain kekayaan tambang, wilayah Teluk Bintuni juga menghasilkan udang dan kepiting.
Dalam setahun, Teluk Bintuni mampu menyuplai hingga 2 juta ton udang dan kepiting ke Jakarta serta mampu mengekspor ke beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, China, dan Jepang.
3. Hutan Mangrove yang Luas
Di sektor kehutanan, Teluk Bintuni memiliki kawasan mangrove yang merupakan cagar alam terbesar setelah Arizona di Brasil.
Tahun 1980 hutan mangrove di Kabupaten Teluk Bintuni diusulkan oleh World Wild Foundation (WWF) untuk masuk dalam cagar alam.
Dalam pengembangan cagar alam, daerah ini masuk dalam kawasan strategis sesuai Undang-Undang Tentang Penataan Ruang yaitu Undang-Undang Nomor 26/2007.