Sebanyak 1,4 hektare dari luas hutan mangrove di Bintuni dikembagkan menjadi kawasan ekowisata.
Masyarakat adat di pesisir pantai Teluk Bintuni hidup dari hutan mangrove yang mempunyai manfaat ekonomi dan ekologi.
Misalnya menjaga garis pantai, dan tempat hidup biota laut, seperti kepiting, udang, ikan, kerang, ulat tambelo.
Bisa dikatakan, hutan mangrove bermanfaat untuk menunjang mata pencaharian masyarakat.
4. Semua Penduduk Bisa Balistung
Sektor Pendidikan di Teluk Bintuni menjadi prioritas pemerintah daerah dalam peningkatan sumber daya manusia.
97,56 persen penduduk di Kabupaten Teluk Bintuni sudah bisa baca tulis dan berhitung (Balistung).
Mayoritas penduduk Teluk Bintuni juga memiliki rumah sendiri.
Data BPS menyebutkan 63,88 persen rumah berstatus milik sendiri.
Termasuk sektor Kesehatan menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni.
Sistem Early Detection and Treatment (EDAT) yang dikembangkan untuk mengeliminasi malaria dan sudah diakui PBB.
Itulah potret Kabupaten Teluk Bintuni yang terkaya di Indonesia. ***