BACA JUGA:Pemekaran Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, Garut Selatan Siap-Siap Jadi Kabupaten ke-19
Penamaan batu ini dikarenakan di bawah batu terdapat lubang ikan Tangudau, sejenis ikan hiu.
Konon, di tengah riam terdapat kampung kecil yang hanya terdapat rumah bentang, rumah keluarga yang luas, dan lima rumah biasa.
Serta nama Pemimpin daerah tersebut bernama Mangkikit, seorang pemuda yang gagah berani dan disegani masyarakat setempat. Istrinya, Nyai Endas seorang perempuan yang sangat cantik.
Suatu ketika, istrinya diculik oleh laki-laki tampan yang menyambangi rumahnya untuk mencari Mangkikit.
Nyai Endas tidak bisa menolak permintaan laki-laki tampan tersebut dan mengikutinya. Namun, Nyai Endas berpesan kepada Dungak (seorang laki-laki setengah baya) dan Tambi Jongkong (seorang perempuan tua) yang tinggal bersamanya untuk terus mengawasi ke mana ia pergi.
Para warga termasuk Dungak dan Tambi Jongkong tidak berani untuk memberitahukan Mangkikit, akhirnya ada seorang lelaki tua yang memberitahu Mangkikit. Mendengar penjelasan tersebut Mangkikit tidak marah dan meminta warga untuk berkumpul pada malam hari dan berpesta mulai dari rumah paling ujung bagian hulu.
Sepuluh hari kemudian, pesta tersebut diakhiri di rumah betang Mangkikit dan ia meminta seluruh kepala keluarga untuk membakar rumahnya.
Para warga kemudian diminta untuk berkumpul di pinggir sungai dan turun ke bawa Batu Tangudau dengan tenang, sementara Mangkikit menabur beras kuning ke pusaran air Batu Tangudau.
BACA JUGA:Usulan Daerah Otonomi Baru Kabupaten Gorontalo Barat Pemekaran Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo
Setelah seluruh penduduk masuk, Mangkikit melihat sebuah kampung yang bersih dan rapi, tapi sepi penduduk.
Tidak jauh dari kampung tampak Nyai Endas di halaman sebuah rumah besar dan bagus. Nyai Endas memberitahu Mangkikit kalau laki-laki yang menculiknya sedang tidur. Mangkikit membunuh laki-laki itu dengan menggunakan dohong yang terselip di pinggangnya.